Pasang Surut Karier Chen Long, Legenda yang Hidup dalam Bayang-Bayang Lin Dan
INDOSPORT.COM - Legenda bulutangkis China, Chen Long, baru saja mengumumkan pensiun sebagai pemain profesional.
Momen perpisahan Chen Long sudah digelar di sela-sela perhelatan Piala Sudirman 2023. Di sisi lain, ia pun sudah menyampaikan sebuah pesan pribadi via Weibo.
“Ini adalah saat yang sulit bagi saya. Sangat sulit untuk mengucapkan selamat tinggal," tulis Chen Long di Weibo pada Jumat (19/05/23).
“Pada momen spesial ini, saya benar-benar emosional. Saya ingin mengucapkan terima kasih kepada tim bulutangkis China, keluarga, dan para penggemar saya,” ujarnya lagi.
Lebih lanjut, Chen Long juga menyampaikan perasaannya yang mendalam terhadap bulutangkis, yang selama ini sudah mengisi hari-harinya.
Selama menjadi pebulutangkis profesional, Chen Long sudah banyak makan garam dan menghadapi pasang surut karier.
Ia bahkan sering berada dalam bayang-bayang Lin Dan, sesama legenda bulutangkis dari China namun memiliki popularitas yang lebih masif.
Sebelum Chen Long menjadi juara Olimpiade, sektor tunggal putra kerap didominasi Lin Dan dan Lee Chong Wei masing-masing di edisi Beijing dan London.
Dua sosok ini menggondol medali emas dan perak dengan tampil di dua final beruntun pada 2008 dan 2012.
Bagi Chen Long, medali emas Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro adalah perbaikan penampilannya usai meraih perunggu di edisi 2012.
1. Si 'Tembok China'
Dalam perjalanan kariernya yang membentang selama lebih dari satu dekade, ia memenangkan satu lagi medali Olimpiade, yakni perak Tokyo 2020.
Setelahnya, ia bak memasuki kehidupan ‘semi’ pensiun menyusul keinginannya gantung raket di hadapan para suporter di Asian Games 2022 Hangzhou.
Akan tetapi, ia tidak ingin memperpanjang kariernya saat ajang multi-event olahraga tersebut ditunda akibat pandemi Covid-19.
Setelah ‘cabut’ dari ranking BWF, Chen Long akhirnya resmi pensiun dan dilepas Chinese Badminton Association (CBA) lewat acara seremonial di Piala Sudirman 2023.
Selama ini, dengan catatan prestasi yang seabrek, sayangnya Chen Long masih cukup sering dianggap bayang-bayang rekan sekompatriotnya, Lin Dan.
Akan tetapi, dari catatan head to head BWF, Lin Dan unggul cukup tipis 9-7 atas Chen Long, bahkan sempat dibuat frustrasi saat bertanding di final Malaysia Open 2015.
Bahkan, Lin Dan juga pernah menyebut Chen Long bak tembok kokoh yang sulit ditembus - sangat pas dengan istilah Great Wall of China-nya tunggal putra bulutangkis.
“Bermain melawan Chen Long seperti menghadapi tembok,” ujar Lin Dan dalam sebuah kesempatan, seperti dikutip dari sportslumo.com.
Ya, Chen Long memang cukup dikenal sebagai ‘Tembok Cina’ berkat pertahanannya yang kokoh dan sering melibatkan rival-rivalnya dalam reli panjang dan lambat.
Strategi ini pun memudahkannya untuk mengontrol alur dan aliran permainan. Cakupan lapangannya juga cukup luas.
2. Tidak Mendapat Perhatian Sebanyak yang Seharusnya
Kemenangan di China Open Super Series 2010 membuat nama Chen Long mulai populer di kalangan penikmat olahraga bulutangkis.
Ia lalu meraih medali perunggu di Olimpiade 2012, ajang yang menjadi katalis kesuksesannya di masa depan.
Setahun kemudian, ia dengan meyakinkan mengalahkan Lee Chong Wei sang legenda Malaysia di final All England Open.
Kesuksesan di All England Open inilah yang turut menjadi pondasi reputasi Chen Long, yang kembali juara di edisi 2015.
Kali ini, ia bahkan membenamkan Lin Dan dalam perjalanannya menuju final. Chen Long menang dua gim langsung dengan skor 21-13, 21-12.
Chen Long yang menjadi bayang-bayang Lin Dan, berhasil menjelma sebagai salah satu calon bintang besar di negara mereka.
Di antara gelar-gelar lainnya, ia memenangkan dua Kejuaraan Dunia berturut-turut pada tahun 2014 dan 2015.
Setelah itu, ia juga memenangkan dua medali perunggu di Kejuaraan Dunia masing-masing di edisi 2017 dan 2018.
Kini, yang tersisa dan bakal diingat terus dari seorang Chen Long terlepas dari prestasinya, adalah tidak mendapat perhatian sebanyak yang seharusnya.
Banyak orang lebih fokus pada persaingan Lin Dan vs Lee Chong Wei. Belum lagi, kebangkitan Viktor Axelsen yang seorang diri mematahkan hegemoni Asia di sektor tunggal putra.
Sumber: sportslum, bwfbadminton.com