Sekilas Simon Santoso, Tunggal Putra Merah-Putih Terakhir Juara Indonesia Open 11 Tahun Silam
INDOSPORT.COM - Para pebulutangkis tunggal putra tanah air punya misi berat di Indonesia Open 2023 yaitu menyudahi 'rekor' yang dicatatkan Simon Santoso 11 tahun silam.
Sebagai sala satu turnamen BWF World Tour terbesar dengan level Super 1000 dan digelar di negara sendiri, cukup mengherankan jika belum ada lagi wakil Indonesia yang bisa memenangkan sektor tinggal putra sejak 2012 silam.
Dalam satu dekade terakhir, untuk masuk ke semfinal saja sulitnya bukan main bagi para atlet kebangaan negeri ini.
Paling banter mereka hanya bisa menjadi runner-up dan itu pun hanya sekali Ketika Hayom Rumbaka dibuat tidak berdaya oleh lee Chong Wei pada final edisi 2013 dimana saat itu Indonesia Open masih bernama Indonesia Super Series Premier.
Pencapaian Simon Santoso menjadi semakin patut diapresiasi karena di 2012 ia adalah satu-satunya pebulutangkis Indonesia yang masuk dalam delapan unggulan teratas Indonesia Open.
Itupun pria yang kini berusia 37 tahun itu cuma berada di seeds nomor tujuh dimana pesaingnya adalah dua 'raksasa' China kala itu, Chen Long dan Chen Jin, serta legenda Denmark, Peter Gade.
Di Indonesia Open 2023, PBSI akan kembali bertumpu pada Anthony Sinisuka Ginting dan Jonatan Christie.
Mereka juga berharap Chico Aura Dwi Wardoyo pun mampu membuat kejutan namun jika boleh jujur, harapan untuk merengkuh lagi podium tertinggi masih sangat sulit.
Kemungkinan besar dominasi Viktor Axelsen yang menjadi juara dua Indonesia Open edisi terbaru masih akan berlanjut.
Hanya saja dalam olahraga termasuk bulutangkis tidak ada yang namanya kepastian. Bisa jadi tahun ini adalah tahun pamungkas dimana Simon Santoso tercatat menjadi pemain tunggal putra terakhir Indonesia yang memenangi Indonesia Open.
1. Perjuangan Simon di Indonesia Open 2012
Pada masa jayanya, Simon Santoso sempat digadang-gadang bakal menjadi penerus Taufik Hidayat alias jagoan Indonesia di tunggal putra. Pria yang lahir pada 29 Juli 1985 merupakan sosok yang sangat diandalkan terutama pada dekade 2010-an.
Salah satu momen yang membuat pecinta tepok bulu tanah air yakin dengan potensi Simon adalah kala ia menduduki peringkat ketiga dunia pada Agustus 2010 silam.
Tapi tidak ada yang memuncaki momen ketika Simon sukses meraih medali emas Indonesia Open 2012 dengan mengalahkan Du Pengyu asal China di final.
Kebetulan saat itu Simon Santoso juga menyudahi monopoli gelar Lee Chong Wei, 'monster' kidal dari Malaysia yang menyapu bersih Indonesia Open 2009, 2010, dan 2011.
Perjuangan Simon Santoso dimulai dengan harus mengalahkan Sourabh Verma dari India dengan dua set langsung, 21-18 dan 21-14. Sukses mengalahkan Verma, Simon Santoso langsung dihadang oleh Vincent Wong Wing Ki di babak kedua.
Simon Santoso nyaris saja tersingkir karena Wong Wing Ki sukses memberikan perlawanan sengit hingga rubber set sebelum akhirnya menyerah di skor 21-15, 16-21, 19-21. Sukses mengalahkan Wong Wing Ki, Simon Santoso langsung dihadapkan pada perang saudara.
Hayom Rumbaka mencoba untuk menghentikan langkah Simon Santoso di babak perempatfinal Indonesia Open 2012. Namun Simon Santoso terlalu perkasa sehingga melenggang mulus ke semifinal dengan skor 21-17, 21-7.
Melangkah ke semifinal, Simon Santoso mendapatkan lawan sepadan dari India, Kashyap Parupalli. Sempat bermain alot, Simon Santoso akhirnya berhasil mengakhiri perlawanan Kashyap Parupalli dengan skor 21-15, 21-12.
Tibalah Simon Santoso di babak final Indonesia Open 2012 dengan menantang andalan China, Du Pengyu. Set pertama yang berhasil dimenangkan Simon Santoso dengan susah payah, 21-18 menjadi sia-sia setelah Du Pengyu mengambil set kedua, 21-13.
Di set penentuan, mental juara Simon Santoso menjadi penentu setelah mengakhiri pertandingan dengan skor 21-11. Setelah Simon Santoso, tidak ada lagi tunggal Indonesia yang bisa meraih gelar juara Indonesia Open.
2. Jadi Bos Toko Merangkap Pelatih
Simon Santoso sendiri masih meneruskan kariernya empat tahun pasca memenangi Indonesia Open 2012. Ia harus menggantung raketnya usai cedera parah yang ia dapat saat mengikuti Thailand Open 2016.
Selain Indonesia Open 2012, titel superseries lain yang sempat Simon menangkan adalan Denmark Open 2009 dan Singapore Open 2014. Bersama timnas Indonesia yang dikirim untuk berlaga di SEA Games, Simon jauh lebih sukses lagi.
Total ada enam medali emas yang ia kalungi dari pesta olahraga terbesar di Asia Tenggara tersebut dari hasil berregu putra maupun tunggal.
Kini setelah pensiun, Simon Santoso diketahui memiliki mengisi masa purnanya dengan mengelola toko material bangunan di daerah Cipayung, Jakarta Timur.
Pada INDOSPORT, ia mengaku ingin keluar dari dunia bulutangkis dengan menggeluti bisnis yang rupanya memang jadi minat lainnya.
“Pertama saya memang hobi di dagang ya, dan bisnis. Kedua, saya juga agak bosan di bulutangkis,” ucap Simon Santoso kepada INDOSPORT beberapa waktu lalu.
“Kebanyakan besi ya, kontruksi, dan jualnya biasanya ke proyek rumah yang lagi dibangun, toko-toko material,”sambung eks pebulutangkis top 3 di ranking BWF itu.
Hanya saja Simon rupanya memang tidak bisa selamanya jauh-jauh dari bulutangkis yang telah membesatkan namanya. Baru pada awal Juni 2023 ini ia diresmikan sebagai pelatih baru klub PB Jaya Raya.
Mengasuh tunggal pemula putra U-13 dan U-15 serta Tungga Taruna Putra U-19 jadi tanggung jawab yang harus ia pegang.
Bersamaan dengan comeback Simon Santoso ke dunia bulutangkis, diharapkan berkahir pula dengan segera penantian juara tunggal putra dalam negeri di Indonesia Open 2023.