Debby Susanto Bongkar Biang Kerok Penurunan Prestasi Ganda Campuran PBSI
INDOSPORT.COM - Legenda bulutangkis Indonesia, Debby Susanto bongkar biang kerok penurunan prestasi sektor ganda campuran Indonesia di tahun 2023.
Pada turnamen terakhir Taipei Open 2023, Indonesia mengirim cukup banyak pemain ganda campuran, ada Rehan/Lisa, Rinov/Pitha, Adnan/Nita, hingga pemain PB Djarum.
Namun, dua pemain andalan PBSI justru gugur di babak awal. Rehan/Lisa (Ranking BWF 12) dan Rinov/Pitha (Ranking 14) kalah dari pemain non-unggulan.
Pasangan Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati kandas dari ganda tuan rumah yang bermain dari kualifikasi, Tseng Min Hao/Hsieh Pei San, 23-25, 21-16, 19-21.
Sementara Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas Mentari kalah di babak kedua dari junior di PBSI, Jafar Hidayatullah/Aisyah Salsabila Putri Pranata, skor 21-15, 13-21, 19-21.
Pelatih ganda campuran Indonesia, Amon Sunaryo blak-blakan bahwa Rinov/Pitha dan Rehan/Lisa mengalami krisis kepercayaan diri, yang membuat penampilan mereka merosot.
"Mereka kurang percaya diri menerapkan pola permainan mereka. Setelah ini, saya harus menyiapkan mental, juga fisik mereka untuk turnamen berikutnya," ungkap Amon.
Sementara itu, dilansir dari akun IG Djarum Badminton, Debby Susanto menyebut satu faktor yang membuat prestasi XD Indonesia merosot adalah terputusnya satu generasi.
Generasi yang dimaksud adalah Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti dan Hafiz Faizal/Gloria Emanuelle Widjaja yang telah dicoret dari Pelatnas tahun 2022 kemarin.
"Bisa dibilang, ganda campuran itu hilang satu generasi," ungkap Debby Susanto saat ditemui di sela-sela agenda AEON Mall Badminton Cup 2023 belum lama ini.
1. Tak Ada Panutan, Rehan/Lisa Sulit ke Olimpiade?
Menurut Debby Susanto, tanpa kehadiran sosok senior seperti Praveen Jordan/Melati Daeva Oktavianti, membuat Rinov/Pitha dkk menjadi tidak ada panutan dalam bermain.
"Yang semestinya generasi ini dipegang Praveen/Melati dan juga Gloria, tapi kan karena satu dan lain hal, ke-cut, terus diganti dengan yang di bawahnya."
"Mungkin juga mereka (Rinov/Pitha dkk) belum siap, jadi karena hilang satu generasi, transisinya agak lambat," lanjut Debby lagi.
Hal ini dibenarkan oleh BL melalui kolom komentar unggahan akun Instagram Djarum Badminton. Menurut mereka, PBSI terlalu gegabah saat mencoret Praveen/Melati.
"Emang harusnya gak langsung di-cut, nunggu bawahnya masuk 10 besar dulu. Kalau di-cut ada masalah personal, ya di situlah peran psikolog dikerahkan," kata pemilik akun @rilizae**.
"Yes bener banget, harusnya jangan di-cut dulu, juniornya belum siap, dua pasang lagi yang dikeluarin, dan mereka punya peran penting buat momong junior-junior dulu," balas @yelda_mus**.
"Menurutku itu cerminan manajemen, gagalnya pembinaan. Harusnya ditelaah secara komprehensif, satu dan lain hal berhubungan dengan hasil," komentar dari pemilik akun @kajma**.
Terlepas dari pro kontra soal komentar Debby Susanto, PBSI harus mengejar target agar Rinov/Pitha dan Rehan/Lisa bisa masuk kualifikasi Olimpiade Paris 2024.
Sejauh ini, Rinov Rivaldy/Pitha Haningtyas berada di urutan ke-6 klasemen Race to Olympic 2024. Hanya pemain top 8 yang bisa main di Olimpiade, dan satu negara maksimal hanya mengirim dua wakilnya.
Sementara Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati masih belum masuk top 8 di Race to Olympic. Bahkan, ReLis juga tak masuk daftar 'cadangan' jika di 8 besar ada negara yang memiliki lebih dari dua pemain.