Apa Kabar Ye Zhaoying? Rival Susy Susanti yang Namanya Dihapus dalam Sejarah Bulutangkis China
INDOSPORT.COM – Siapa sangka bahwa rival berat Susy Susanti yakni Ye Zhaoying yang merupakan mantan tunggal putri peringkat satu di ranking BWF, kini namanya malah dihapus dalam sejarah bulutangkis China.
Kekuatan bulutangkis China sudah tidak usah diragukan sejak dahulu, karena sejumlah nama besar memang lahir dari negeri Tiongkok.
Salah satunya ialah Ye Zhaoying, yang dikenal sebagai pemain tunggal putri nomor satu dunia untuk pertama kalinya pada Desember 1995.
Ye Zhaoying bersaing dengan para legenda tunggal putri lainnya seperti Susy Susanti dan Bang Soo-hyun, di mana saat itu dianggap sebagai era ‘keemasan’ di bulutangkis putri.
Selama berkarier terutama di era 90-an, Zhaoying telah mencatatkan prestasi membanggakan seperti meraih gelar di Indonesia Open 1992 dan 1993, All England, Kejuaraan Asia (1992, 1994, 1995, 1998 dan 1999).
Ia juga pernah meraih medali perunggu Olimpiade Sydney 2000, namun prestasi ini ternyata menjadi awal dari masa kelam dalam hidupnya.
Pasalnya, Ye Zhaoying secara blak-blakan mengaku bahwa dirinya sempat diancam dan minta untuk sengaja kalah saat melawan kompatriotnya, Gong Zhichao di semifinal Olimpiade 2000.
Hal ini juga menjadi awal dari kehancuran karier emasnya yang sudah susah payah dibangunnya karena sempat mencoba melawan kecurangan tersebut.
Namun sayangnya, usaha untuk mendapatkan keadilan yang dilakukannya malah berujung membuat namanya harus dihapus dari sejarah bulutangkis China.
Lama tak terdengar, Ye Zhaoying sempat mengungkapkan nasib dan kabar terbarunya pasca memutuskan pindah dari China ke luar negeri.
1. Cerita Dipaksa Curang di Olimpiade Sydney 2000
Ye Zhaoying sempat berbincang-bincang dengan salah satu rival sengitnya yakni Camilla Martin yang dikenal sebagai ratu bulutangkis Eropa di TV 2 SPORT.
Saat itu ia secara blak-blakan mengungkapkan bahwa gelar medali perak yang diraihnya pada Olimpiade Sydney 2000 adalah ada unsur kesengajaan.
Ia menceritakan bahwa dirinya diperintah untuk sengaja kalah saat berhadapan dengan Gong Zhichao di semifinal, agar rekan senegaranya bisa lolos ke babak pamungkas dan mengalahkan Camilla Martin.
Mengejutkannya lagi, keputusan tersebut merupakan hasil perundingan antara Li Yongbo selaku pelatih kepala tim bulutangkis China, dan Tang Xueha sebagai pelatih kepala tunggal putri, yang memerintahkan dirinya tak boleh terlihat sengaja kalah.
Dalam perintahnya, diceritakan bahwa dirinya dilarang membuat Gong Zhichao kelelahan atau membawa permainan dalam tiga gim.
Tentu perintah ini membuat dirinya sangat sedih dan kesal. Namun sekali lagi, ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Merasa tidak berdaya karena sendirian melawan seluruh sistem. Olimpiade hampir merupakan kesempatan sekali seumur hidup sebagai seorang atlet, jadi rasanya sangat sedih ketika kamu harus membiarkan dirimu kalah. Saya tidak bisa berbuat apa-apa terhadap sistem,” ucap Zhaoying.
Ye Zhaoying bak tak punya kesempatan, karena ia harus mematuhi perintah tersebut karena seandainya membangkang dan membuat China gagal meraih Olimpiade, maka ia terancam dianggap pengkhianat dan jajaran kepengurusan dipecat.
“Jika saya menang di semifinal dan kemudian kalah di final dari Camilla Martin, maka semua orang akan menganggap saya pengkhianat. Tak peduli dengan hal yang telah saya torehkan, karena semua hanya tentang Olimpiade,” ucap Ye Zhaoying.
Kehidupan Ye Zhaoying kemudian semakin memburuk setelah dirinya mencoba melawan rezim China, terutama intrik politik yang merugikan para atlet.
Hal ini membuat dirinya terusir dari China dan namanya langsung dihapus dari sejarah olahraga Tiongkok.
2. Diusir dari China Hingga Hidup dalam Pengasingan di Spanyol
Ye Zhaoying yang menikah dengan Hao Haidong, yang merupakan mantan pesepak bola China dan pencetak gol terbanyak pada masanya.
Keberaniannya mengungkapkan skandal kecurangan dan melawan rezim China sampai-sampai membuat keduanya dijauhi oleh keluarga dan semua orang yang ada di Tiongkok.
Hao Haidong mengaku bahwa orang tuanya sudah tak mengakuinya keluarga lagi, sedangkan Ye Zhaoying mendapatkan amarah dari ayahnya karena telah mengeritik pemerintah China.
“Orang tua saya mengatakan bahwa saya bukan bagian dari keluarga lagi,” ucap Hao Haidong.
Tak hanya berpengaruh dengan hubungan keluarganya, namun juga berimbas dalam karier dan kehidupan Ye Zhaoying dan Hao Haidong karena nama keduanya telah dihapus dalam sejarah China meski menorehkan sederet prestasi.
Bahkan Ye Zhaoying dan Hao Haidong hidup dalam pengasingan dan meyandang status Persona non grata dan biasanya tidak boleh hadir di suatu tempat atau negara karena dianggap merugikan negara akibat pandangan politiknya yang menentang rezim komunis China.
Tak hanya dihapus dalam sejarah bulutangkis China, namun juga namanya sudah tidak bisa dicari di jagat maya Tiongkok seperti Baidu (google-nya China).
Kini, Ye Zhaoying dan Hao Haidong hidup dalam pengasingan di Spanyol. Meski demikian, keduanya hidup bahagia meski memiliki masa lalu yang kelam.
Sekadar informasi, selepas meraih medali perak di Olimpiade Sydney 2000, Ye Zhaoying memutuskan pensiun dini yakni kala berusia 26 tahun.