BL Banjir Air Mata, Hans Vittinghus Ungkap Ikatan Spesial dengan Istora
INDOSPORT.COM - Pemain bulutangkis tunggal putra Denmark, Hans-Kristian Vittinghus, mencurhatkan relasi istimewanya dengan Istora Senayan dengan berlinang air mata.
Nama Hans-Kristian Vittinghus mulai populer di tengah pencinta bulutangkis Tanah Air sejak 2021. Kala itu, ia terlibat "Diplomasi Indomie" dengan pemain Indonesia, Anthony Sinisuka Ginting.
Pemain bulutangkis tunggal putra Denmark tersebut bahkan mendapatkan kiriman empat kardus Indomie dari bos Indofood setelah menikmati rasa Indomie yang dibawakan Anthony Ginting.
Terlepas dari "Diplomasi Indomie", Hans-Kristian Vittinghus memang mengakui dirinya punya keterikatan emosional dengan Indonesia, terutama Istora Senayan.
Hal ini tampak dari emosi yang meluap dari diri pemain berusia 27 tahun tersebut usai tersingkir di babak pertama Indonesia Open 2023 oleh Anthony Ginting.
"Terima kasih banyak Indonesia untuk semua kenangannya. 15 kali partisipasi di Indonesia Open, 6 kali Indonesia Masters, dan satu kali Kejuaraan Dunia. Sangat banyak kenangan yang saya bawa di lapangan hari ini, di tempat yang spesial ini, sebagai rumah bulutangkis," ungkap Hans melalui laman media sosial Twitter.
"Saya tidak bertanding dengan Anthony Ginting hari ini, dia terlalu bagus, dan saya juga jauh dari penampilan terbaik saat ini. Tapi saya sangat menghargai kesempatan untuk bertanding di sini, untuk yang terakhir kalinya. Hari ini adalah tentang memberikan yang terbaik dan menikmati momen ini."
Lebih lanjut, Hans-Kristian Vittinghus pun memberikan pujian untuk para fans di Istora, yang disebutnya paling bergairah dibanding fans lain di seluruh dunia.
"Saya bermain di 15 Indonesia Open dan 6 Indonesia Masters. Jadi, saya sudah mengunjungi Indonesia lebih dari 20 kali. Tentu, ini adalah tempat yang sangat spesial untuk saya," kata Hans-Kristian Vittinghus, dikutip dari laman resmi BWF.
"Para fans di ini adalah yang paling bergairah dibanding fans lain di seluruh dunia. Ini adalah rumah bulutangkis yang sesungguhnya. Saya adalah pencinta bulutangkis. Jadi, inilah tempat terbaik yang di mana Anda bisa bermain," ujarnya.
1. Cinta Istora Sejak Sebelum Bermain
Lebih lanjut, Hans-Kristian Vittinghus menerangkan jika kecintaannya pada Istora Senayan sudah bermula sejak dirinya belum berkarier di dunia bulutangkis profesional.
Hans-Kristian Vittinghus menceritakan bahwa ia memiliki rekaman final Thomas Cup 2004, saat Denmark kalah dari Cina. Laga itu digelar di Istora Senayan.
"Saya punya DVD dari final Thomas Cup 2004, saat Denmark kalah dari Cina. Saya biasanya melihat DVD tersebut berulang-ulang kali, dan bermimpi untuk bisa bermain di arena ini (Istora)," ujar Hans-Kristian Vittinghus.
"Rasanya sangat istimewa. Ada begitu banyak sejarah tersimpan di sini. Setiap kali saya datang ke sini, saya merasa digerakkan oleh atmosfer dan ekspektasi," ujarnya.
Jika harus menyebut satu momen yang paling berkesan dari Istora, Hans-Kristian Vittinghus menyebut saat dirinya duduk di bangku pelatih.
"Saya pernah melatih Peter Gade saat dia tampil di final pada 2011 melawan Lee Chong Wei. Auranya terasa seperti bukan dari dunia ini," Hans-Kristian Vittinghus menjelaskan.
"Saya bahkan berani mengatakan bahwa memori itu begitu membekas justru karena auranya. Saya pikir, atmosfer membuat arena ini sangat istimewa," ujarnya.
Mengetahui jika tahun ini adalah kali terakhirnya bermain di Istora, Hans-Kristian Vittinghus tak bisa menutupi rasa harunya.
"Sangat emosional. Saya bahkan menangis saat pemanasan. Tapi saya akhirnya bisa mengontrol emosi saya dan bermain di level yang bagus," ujarnya.
"Setelah pertandingan, saya menangis lagi sedikit. Tapi ini oke. Ini menunjukkan betapa berartinya arena ini untuk saya," pungkas Hans-Kristian Vittinghus.