Kisah Tan Joe Hok, Orang Indonesia Pertama yang Juarai All England
INDOSPORT.COM – Simak kisah Tan Joe Hok atau Hendra Kartanegara, orang Indonesia pertama yang pernah menjuarai All England.
Dahulunya, Tan Joe Hok merupakan salah satu pebulu tangkis yang sangat disegani karena menjadi orang Indonesia pertama yang menjuarai kompetisi tingkat dunia.
Pria yang kini berusia 85 tahun itu adalah pemenang pertama yang menjuarai kompetisi paling prestisius bulutangkis, yaitu All England pada edisi 1959.
Saat itu, Tan Joe Hok berhasil mengalahkan Ferry Sonneville yang merupakan rekan kompatriotnya di partai puncak All England 1959.
Kepulangan Tan Joe Hok ke Tanah Air tentu saja mendapatkan sambutan heboh, termasuk kala dirinya sampai masuk dalam surat kabar dalam negeri.
Tak tanggung-tanggung, Tan Joe Hok sampai masuk dalam surat kabar edisi khusus karena sebagai tunggal putra Indonesia pertama yang menjuarai All England.
Jalanan ibu kota Jakarta bahkan sampai dikabarkan macat di mana pun lantaran mengarak dan merayakan keberhasilannya.
Prestasi Tan Joe Hok ternyata tidak berhenti sampai di situ saja, legenda bulutangkis Indonesia itu menjuarai Canada Open, US Open, Asian Games, dan beberapa gelar Piala Thomas.
Atas prestasinya yang cemerlang tersebut, Tan Joe Hok sampai diberikan tanda kehormatan Republik Indonesia Bintang Jasa Naraya.
Tentu saja masih banyak hal yang patut disimak dari Tan Joe Hoek, seperti cerita mengenai bakiak (sandal kayu), kontroversi dengan Ferry Sonneville, hingga rasa cintanya kepada sang istri yang masih membara walau sudah tiada.
1. Cerita Mendalam tentang Tan Joe Hok
Jika para pebulu tangkis memoles kemampuannya dengan raket, Tan Joe Hoek kecil mengasah kemampuannya hanya dengan menggunakan bakiak karena belum mampu membeli raket.
Namun, dengan bakiak yang dipinjam dari ibunya itu Tan Joe Hok mampu mengalahkan lawan yang lebih tua yang menggunakan raket.
Menyadari bakatnya yang luar biasa itu membuat warga sekitar meminjamkannya raket bagus hingga Tan Joe Hok bertekad memiliki raket sendiri karena merasakan perbedaan besar menggunakan bakiak dan raket.
Akan tetapi, di balik cemerlangnya prestasi pria berusia 85 tahun, ternyata sempat ada cerita kelam tentangnya dengan Ferry Sonneville.
Tan Joe Hok terang-terangan membantah bahwa dia mengundurkan diri di ajang Piala Thomas 1967 yang pernah dimenanginya sebanyak tiga kali itu.
“Saya bukan mengundurkan diri, tapi saya ditendang. Saya berani bilang kalau biang keladinya tersebut ya Ferry Sonneville. Saya sudah katakan ke dia bahwa dia sudah tua dan tongkat estafet dari kami ini harus diserahkan ke yang lain,” tegas Tan Joe Hok dengan suara lantang kepada INDOSPORT pada (01/11/18) lalu.
Salah satu hal yang pastinya buat para penggemar bulutangkis terharu adalah cinta Tan Joe Hok kepada sang istri, Goei Kiok Nio, yang masih membara walaupun sudah tiada.
Tan Joe Hok merasa kehilangan separuh dirinya dan masih berutang pada Goei Kiok Nio setelah sang istri dinyatakan berpulang pada 1 Februari 1998 silam karena stroke.
Tan Joe Hok merasa berutang padanya karena telah masuk susah menjadi istrinya dan membesarkan buah hatinya.
Goei Kiok Nio sendiri sudah dikremasi dan dilarung di laut Australia dan ia setiap tahun datang ke tempat tersebut untuk menabur bunga. Sebuah wujud cinta yang sejati!