Kisah Carolina Marin Magang di PBSI Berujung Jadi Ratu Bulutangkis Dunia
INDOSPORT.COM – Mengulas kisah Carolina Marin saat memutuskan "magang" di PBSI Cipayung dan akhirnya menjelma menjadi ratu bulutangkis dunia dengan deretan rekor bersejarah.
Carolina Marin lahir di Huelva, Spanyol, 15 Juni 1993. Saat kecilnya, Carolina Marin adalah seorang penari flamenco. Namun ia memutar haluan menjadi atlet bulutangkis karena perasaan jatuh cinta.
Dia dibuat jatuh cinta mempelajari bulutangkis setelah diperkenalkan oleh temannya bagaimana cara memainkan olahraga tepok bulu tersebut.
Perasaan jatuh cinta pada bulutangkis itu kian membuncah yang membuat Carolina Marin benar-benar berhenti menari untuk fokus menjadi atlet.
Lahir di negara yang kurang familiar dengan bulutangkis, membuat Carolina Marin harus berjuang lebih keras untuk menjadi atlet top dunia.
Setelah bergabung dengan IES La Orden Huelva di usia delapan tahun, perjuangan keras Carolina Marin semakin terlihat ketika dia rela jauh dari keluarga dan meninggalkan kampung halaman.
Di usianya yang masih sangat muda, dia memberanikan diri hijrah dari Huelva ke Madrid untuk bergabung di pelatnas bulutangkis Spanyol.
Untuk mengasah kemampuannya, Carolina Marin rela berkelana keliling dunia untuk belajar bulutangkis, termasuk di Indonesia.
Pada 2013 silam, Carolina Marin diketahui singgah ke Indonesia untuk menimba ilmu di pelatnas Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI).
Kedatangan Carolina Marin saat itu bertepatan dengan persiapannya menuju Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2013 di Guangzhou, China.
Setahun setelah "magang" di PBSI, keajaiban terjadi pada karier Carolina Marin. Pada tahun 2014, Carolina Marin menggemparkan jagat bulutangkis kala berhasil menjadi juara dunia.
Carolina Marin berhasil menjadi peraih emas Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2014 usai di final mengalahkan unggulan pertama asal China, Li Xuerui, dengan skor akhir 17-21, 21-17, 21-18.
Menjadi pebulu tangkis Spanyol pertama yang menjadi juara dunia, membuat nama Carolina Marin mulai dipandang dunia.
Apalagi sejak saat itu, karier Carolina Marin menjadi kian tak terbendung . Dia sah jadi ranking satu tunggal putri pada 11 Juni 2015 yang membuatnya dijuluki ratu baru bulutangkis.
Puncaknya dia sukses menjadi juara dunia 2015 dan meraih medali emas Olimpiade Rio 2016. Meski sudah jadi ratu bulutangkis dunia, ada yang menarik dari Carolina Marin yang tak pernah melupakan jasa Indonesia padanya.
1. Indonesia di Hati Carolina Marin
Bergelar tiga kali juara dunia, satu kali juara Olimpiade, enam kali kejuaraan Eropa, membuat Carolina Marin layak disebut sebagai pebulu tangkis tunggal putri terbaik dalam sejarah benua Eropa.
Bahkan meski saat ini kariernya sedang meredup karena deraan cedera yang tak berkesudahan, nyatanya belum ada tunggal putri dari Eropa yang mampu menyaingi prestasinya.
Dalam segala kegemilangan prestasinya, Carolina Marin agaknya tidak pernah bisa melupakan jasa Indonesia dan PBSI yang pernah menyediakan wadah baginya untuk magang di awal karier.
Carolina Marin bahkan sempat beberapa kali kembali ke pelatnas PBSI meskipun dia sudah menjadi pebulu tangkis top dunia.
Seperti yang terlihat kala dia kembali berlatih ke pelatnas PBSI dalam persiapan mengikuti BCA Indonesia Open 2016 silam.
Keahliannya berbahasa Indonesia hingga mencintai beberapa masakan lokal seperti rawon, sate, hingga bakso, juga menjadi bukti jika Carolina Marin begitu mencintai Tanah Air.
Beberapa waktu dalam rangka perpanjangan kontrak kerja samanya dengan LaLiga, Rabu (08/03/23), Carolina Marin mengaku tidak menutup peluang untuk menjadi pelatih nantinya, khususnya di Indonesia.
"Saya tidak akan berkata 'tidak' pada apa pun yang berhubungan dengan olahraga yang saya tekuni. Namun, saat ini kans jadi pelatih belum saya pikirkan," kata Carolina Marin kepada awak Media termasuk INDOSPORT.COM.
"Namun, saya tidak tahu apa yang akan terjadi pada masa depan. Saat ini, saya masih ingin berada di Spanyol, karena ada banyak hal yang harus saya lakukan di sini."
"Saya masih ingin terus berkembang, tetapi jika saya bisa memberikan bantuan kepada Indonesia dengan cara apa pun, mengapa tidak?" tukas pebulu tangkis tunggal putri Spanyol itu.
Pilihan menjadi pelatih sangat realistis jika dipikirkan dari saat ini. Apalagi usia Carolina Marin menginjak 30 tahun di musim 2023 ini.
Terdekat, Carolina Marin akan terus melanjutkan petualangannya untuk berburu medali emas keempat di Kejuaraan Dunia Bulutangkis. Ajang berlangsung pada 21-26 Agustus di Copenhagen.