Prestasi Bapuk Sejak April 2023, Bukti Evaluasi PBSI Cuma Omong Kosong?
INDOSPORT.COM - Prestasi bulutangkis Indonesia dalam lima bulan terakhir dinilai mengenaskan. Padahal, PBSI beberapa kali melakukan evaluasi untuk membenahi performa para atletnya, apakah semua itu hanya omong kosong saja?
Tercatat sejak April 2023, Indonesia hanya mampu mengantongi dua gelar juara. Dua gelar tersebut diraih pada bulan Juni di ajang Singapore Open dan Taipei Open.
Gelar juara Singapore Open 2023 berhasil dimenangkan oleh tunggal putra Anthony Ginting, sedangkan gelar Taipei Open 2023 diraih oleh Chico Aura Dwi Wardoyo.
Padahal selama rentang lima bulan antara April hingga Agustus, terdapat 10 turnamen BWF yang dilakoni para pebulutangkis Indonesia.
Khususnya pada turnamen BWF Super 1000 Indonesia Open pada Juni dan grade 1 Kejuaraan Dunia 2023 pada Agustus, Indonesia juga tanpa gelar juara.
Pencapaian terbaik Tim Merah Putih pada dua ajang tersebut hanyalan runner-up oleh Anthony Ginting di Istora Senayan dan ganda putri Apriyani Rahayu/Siti Fadia Silva Ramadhanti di Copenhagen.
Ironisnya, PBSI melalui Kabid Binpres-nya Rionny Mainaky, selalu mencanangkan evaluasi tiap kali selesai turnamen digelar.
Induk bulutangkis di tanah air tersebut tak jarang menguliti kekurangan-kurangan para atletnya dan meminta dilakukan perbaikan.
Selain itu, PBSi juga tak segan-segan memasang target muluk-muluk pada satu turnamen dengan dalih memotivasi para pebulutangkis agar kembali berprestasi.
Puncaknya terjadi di Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2023, dua atau tiga target medali yang dipasang PBSI ternyata hanya satu saja yang tercapai. Itu pun sangat di luar dugaan.
1. PBSI Langsung Dirujak Netizen
Pasalnya, hanya pasangan ganda putri Apriyani/Fadia yang mampu melaju hingga final Kejuaraan Dunia 2023 yang berlangsung 21-27 Agustus kemarin.
Apriyani/Fadia menjadi tulang punggung Indonesia memenangkan medali emas, di saat empat sektor lainnya kandas di babak-babak awal.
Bahkan ganda putra nomor 1 dunia, Fajar Alfian/Rian Ardianto yang digadang-gadang meraih medali langsung tersingkir di babak pertama turnamen tersebut.
Sayangnya, Apriyani/Fadia juga dibekuk wakil China, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan di final. Mereka harus mengakui keunggulan ganda putri China dengan skor 21-16, 21-12.
Tak ayal, evaluasi PBSI patut dianggap hanya bualan saja karena minim prestasi dalam lima bulan terakhir. Hal ini pulalah yang memancing kemarahan Badminton Lovers terhadap PBSI.
Kemarahan BL terhadap PBSI tersebut ditumpahkan di berbagai platform media sosial, termasuk di kolom komentar salah satu jurnalis ternama Indonesia, Ainur Rohman.
“Sedih banget. Semua sektor lho ini berjamaah.. Kalo kata susi susanti dulu "Indonesia negara bulu tangkis, kalo ngomongin bulu tangkis = ngomongin indonesia, nyari pelatih ya ke Indonesia" haduh sekarang malah lagi begini.. semoga cepat bangkit semua.. pbsi plis..m” tulis akun @eycae***.
“Terjun bebas, saatnya introspeksi diri dan berbenah PBSI,” tulis akun @aya***.
“Semoga masih bisa menyumbang medali di OG mendatang. Kalau gak dapat medali di Paris waduh penurunan badminton Indonesia sangat tajam. Dan perlu perombakan besar besaran” akun @HobiPijatJo***.
“Saya liat emang ada penurunan sejak di bawah kepemimpinan Agung Firman yang terlalu Sempurna. Jujur, gue nggak masalah Rionny dkk,, tapi yg aneh sejak masa si Firman, pelatih lokal kece pada cabut. sempet ada sebut masalah kontrak gak jelas... itu cukup ngaruh sih,” tambah @Mikirduit***.
Selain mengomentari soal evaluasi PBSI yang hanya omong kosong, beberapa BL juga mendesak Rionny Mainaky untuk menanggalkan jabatannya sebagai Kabid Pembinaan dan Prestasi PP PBSI.