x

Alasan Klasik Gregoria Mariska Kandas di Asian Games, Senasib dengan Susy Susanti

Kamis, 5 Oktober 2023 23:45 WIB
Penulis: Martini | Editor: Subhan Wirawan
Pebulu tangkis tunggal putri Indonesia, Gregoria Mariska Tunjung kandasi di perempat final Asian Games 2022. (Foto: PBSI)

INDOSPORT.COM - Pebulu tangkis andalan Indonesia di sektor tunggal putri, Gregoria Mariska membeberkan alasan kekalahannya atas Aya Ohori di 8 besar Asian Games 2022.

Bertanding di Hangzhou Binjiang Gymnasium, Kamis (5/10/23) malam WIB, Gregoria Mariska Tunjung dibuat tak berkutik di game pertama, dan gagal pertahankan keunggulan di game kedua.

Baca Juga

Maka dari itu, Aya Ohori berhasil menyabet tiket kemenangan dengan skor 10-21, 19-21, dan melenggang ke semifinal Asian Games 2022.

Sementara Gregoria Mariska melengkapi rekor minor bulutangkis Indonesia, pertama kali dalam sejarah Asian Games, tak ada pun pemain yang membawa pulang medali.

Gregoria Mariska mengaku menyesal karena tidak bisa memberikan perlawanan di game pertama, dan membiarkan Aya Ohori yang mengontrol permainan.

"Kuncinya di game pertama, saya tidak seharusnya tertinggal jauh di pembukaan sampai interval," ungkap Gregoria Mariska sembari menangis.

Baca Juga

"Itu membuat lawan lebih percaya diri, sedangkan saya harus bekerja lebih keras. Hal itu sangat mempengaruhi mental saya," kata pebulu tangkis berusia 23 tahun tersebut.

Meski bukan kali pertama bermain di panggung sebesar amAsian Games, tetapi Gregoria Mariska mengaku salah satu faktor kekalahannya karena ia merasa ketegangan.

"Saya merasa di game pertama tegang itu ada, merasa tekanan semua ada di saya. Di samping lawan yang memang sangat baik mengontrol permainan, saya jadi tak bisa berkembang."

Memasuki babak kedua, Gregoria memang bisa memberi perlawanan sengit, tetapi ia juga beberapa kali terjatuh dan sempat menepi karena luturnya terasa sakit.

Baca Juga

1. Gregoria Senasib Susy Susanti

Susy Susanti dan Alan Budikusuma saat menyerahkan hadiah kepada Gregoria Mariska Tunjung dan An Se-young. (Foto: PBSI)

Gregoria Mariska Tunjung menjadi wakil terakhir dari Indonesia di cabor bulutangkis Asian Games. Andai menang atas Aya Ohori, ia bisa menjaga asa untuk menyabet medali.

Sayangnya, Dewi Fortuna tak berpihak pada Gregoria, ia menyusul Fajar/Rian dan Anthony Ginting yang gugur terlebih dulu. Ada sedikit penyesalan pada diri tunggal putri Indonesia itu.

Baca Juga

"Ini adalah laga yang sangat penting karena laga perebutan medali, jadi saat-saat itu adalah saat yang menentukan," ungkap Gregoria sembari menangis usai laga.

"Sebetulnya saya tidak terlalu memikirkan saya menjadi satu-satunya harapan terakhir Indonesia untuk meraih medali, tetapi lebih mikir ke target pribadi," sambungnya lagi.

"Mungkin bagi saya semua lawan berat, tapi saya rasa saya punya kemampuan yang lebih untuk bisa melawan dia hari ini," pungkasnya.

Sepanjang sejarah bulutangkis Indonesia, baru ada satu pemain tunggal putri yang bisa menjuarai Asian Games. Sosok itulah Minarni, sang juara edisi pertama di tahun 1962 silam.

Baca Juga

Meski Indonesia selalu meraih medali di setiap edisi Asian Games, namun tidak ada wakil tunggal putri Indonesia yang bisa naik podium tertinggi.

Demikian pula Susy Susanti, ia mentok meraih medali perunggu di Asian Games 1994 lalu Mirip seperti Gregoria, pemain Jepang menjadi batu sandungan bagi Susy.

Kala itu, Susy Susanti harus mengakui keunggulan Hisako Mizui asal Negeri Sakura, yang mempermalukannya dengan skor 4-11, 5-11.

Padahal, di atas kertas Susy Susanti lebih unggul, dengan statusnya sebagai peraih medali emas Olimpiade 1992. Hanya saja, tekanan yang ia rasakan di Asian Games memang berbeda.

Baca Juga
Asian GamesSusi SusantiSusy SusantiGregoria MariskaAya OhoriBulutangkisBerita BulutangkisAsian Games 2022

Berita Terkini