Kisah Getir Perenang Cantik Yusra Mardini Saat Mengungsi dari Suriah

Senin, 21 Juni 2021 20:53 WIB
Editor: Nugrahenny Putri Untari

INDOSPORT.COM - Yusra Mardini, perenang cantik asal Suriah ini punya kisah hidup yang getir sebelum bergabung dengan Refugee Team alias Tim Pengungsi Olimpiade Tokyo.

Cantik dan jago berenang, Yusra Mardini butuh perjuangan yang tidak gampang untuk mencapai titik kariernya saat ini sebagai seorang atlet. Bermain di Olimpiade ternyata sudah jadi mimpinya sejak lama.

Hal ini pernah diungkapkannya dalam video profil di kanal resmi Olimpiade. Meski tahu cita-cita tersebut bakal sulit terwujud lantaran dahulu tinggal di daerah berkonflik, Yusra tetap mempertahankan keyakinannya.

“Saat masih anak-anak, saya tahu bahwa saya akan berkompitisi di Olimpiade. Saya tidak tahu bagaimana caranya, tapi saya terus percaya,” demikian pengakuannya, seperti dikutip dari laman The Bridge.

Baca Juga
Baca Juga

Tumbuh di kawasan berkonflik, Suriah, Yusra Mardini sangat menyukai olahraga renang. Ia bahkan pernah mewakili negaranya di kompetisi internasional, sebelum memutuskan melarikan diri pada tahun 2015.

Saat itu, usianya masih sangat muda, yakni 17 tahun. Yusra mau tidak mau harus mengambil keputusan untuk pergi setelah rumah tempat tinggalnya hancur akibat perang.

Yusra kemudian berkelana dan menjadi musafir bersama saudara perempuannya. Perjalanan panjang yang dilalui dua gadis muda ini jelas tidak mudah dan pastinya penuh tantangan.

Selain harus bertahan hidup, mereka juga harus bersiap menghadapi ancaman yang mungkin menanti di depan mata, entah apa.

Setelah berjuang meninggalkan Suriah, Yusra dan saudaranya berhasil mendarat di Lebanon dan Turki, berusaha ‘menyelinap’ ke Yunani secara ilegal melalui jalur laut.

Baca Juga
Baca Juga

Belum juga sampai di tempat tujuan, perahu yang mereka tumpangi mendadak mati mesin di antahberantah Laut Aegean. 

Empat orang di perahu tersebut, termasuk Yusra dan saudaranya, yang bisa berenang, pun terpaksa turun ke air sambil berusaha memperbaiki mesin agar alat transportasi mereka bisa beroperasi kembali.

Sampai di Yunani, Yusra pun pergi ke Jerman dan menetap di negara tersebut. Ia berlatih sebagai atlet renang di sana.

Di Tokyo, Yusra Mardini akan berpartisipasi untuk kedua kalinya di Refugee Team alias Tim Pengungsi Olimpiade.

Sebelum Olimpiade Tokyo, ia sudah pernah ambil bagian di Tim Pengungsi Olimpiade Rio 2016. Yusra menjalani kehidupan barunya di Jerman, disusul oleh orang tua dan sang adik yang juga pergi dari Suriah.


1. Tentang Tim Pengungsi Olimpiade

Perenang asal Suriah, Yusra Mardini.

Dikenal dengan sebutan Refugee Team dalam bahasa Inggris, Tim Pengungsi Olimpiade pertama di bentuk di gelaran Rio de Janeiro 2016.

Dengan wadah ini, para atlet yang berasal dari negara-negara seperti Ethiopia, Sudan Selatan, Suriah, dan Kongo bisa ikut berkompetisi dengan ribuan kontestan lainnya dari seluruh penjuru dunia, dengan hak yang sama.

“Ini adalah simbol harapan untuk semua pengungsi di dunia. Ini juga sinyal bahwa para pengungsi juga manusia dan bagian dari masyarakat,” ucap Presiden Komite Olimpiade Internasional, Thomas Bach.

Sayangnya, Tim Pengungsi Olimpiade Rio yang terdiri dari sepuluh atlet belum bisa meraih medali. Meski begitu, keputusan bijak telah dikeluarkan pihak yang terkait untuk tetap mengadakan tim ini Tokyo.

Dengan tambahan jumlah atlet, para atlet pengungsi diharapkan bisa meraih hasil yang lebih baik di Olimpiade Tokyo, termasuk Yusra Mardini pastinya.

Jika di Rio akronim untuk Tim Pengungsi Olimpiade adalah ROT (Refugee Olympic Team), di Tokyo kali ini mereka akan menggunakan kode EOR dan akan tampil di bawah naungan bendera Olimpiade.

OlimpiadeSuriahPengungsiOlimpiade Tokyo 2020Berita OlahragaRenang

Berita Terkini