Yandi Sofyan Munawar mengaku tidak tahu apa yang akan dilakukan kedepannya, setelah Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) memutuskan memberhentikan kompetisi Qatar National Bank (QNB) League 2015. Yang jelas, Yandi sangat kecewa, sebab di musim pertamanya di Indonesia, dirinya tidak bisa mengembangkan karirnya.
"Musim pertama pulang ke Indonesia, sangat disayangkan keadaan PSSI seperti ini. Padahal harapan saya karena saya pemain muda, ya berharap semoga cepat beres kisruhnya dan cepat netral. Agar kedepannya lebih baik," harap Yandi.
Namun begitu, striker muda Persib Bandung ini belum berpikir untuk kembali bermain di luar negeri. Sebab keputusan PSSI sendiri, akan menyebabkan FIFA melakukan banned.
"Ke depannya gak tahu seperti apa. Harap-harap cemas juga. Dan saya juga belum kepikian untuk balik lagi keluar. Karena kalau di banned FIFA juga, tetap kita tidak bisa main di luar. Yang ada, yang main di luar pasti balik lagi ke sini (Indonesia)," tuturnya.
Selama ini, Yandi sendiri cukup lama berkarir di sepakbola luar negeri. Di musim 2011-2012, pemain asal Garut ini membela salah satu tim asal Belgia, Vise. Lalu di 2013, Yandi membela Arema Cronous. Bersama Arema, adik kandung pemain senior Zaenal Arif ini kurang mendapatkan tempat, dia pun akhirnya dipinjamkan ke salah satu tim asal Australia, Brisbane Roar Youth.
Memasuki musim 2015, Pelatih Persib Bandung, Djadjang Nurdjaman berhasil mengetuk hati Yandi untuk membela tim yang berjuluk Maung Bandung. Namun di musim pertamanya bersama Persib, Yandi merasa belum bekerja maksimal lantaran kompetisi QNB League 2015 tiba-tiba dihentikan.
"Tapi cukup beruntung, kita bermain di AFC. Dan mudah-mudahan gak terganggu konsentrasi. Karena sebagai pemain harus profesional," jelas ia.
"Tapi kalau di sanksi ya percuma juga. Sayang sudah berjuang sejauh ini. Kita jadi korban bukan hanya Persib tapi Persipura, kita udah memastikan lolos ke 16 besar, dan AFC kompetisi bergengsi se-Asia," pungkasnya.