Beberapa kenangan manis bersama Suharno, diakui Djadjang masih membekas hingga saat ini. Salah satunya saat masih sama-sama sebagai pemain pada era Galatama silam.
"Waktu itu Almarhum (Suharno) membela Niac Mitra dan saya di Mercu Buana. Dan kebetulan saat itu Almarhum di posisi bek kanan, dan saya di kiri luar. Jadi sering ketemu (duel). Tapi tidak pernah ribut, malah sering bercandaan seperti ngusir saya karena merasa masuk kedaerah pertahanannya terus," kenang Djanur saat ditemui di kediaman Wakil Manajer Persib, Mulyana di Komplek Arya Graha, Soekarno Hatta Bandung, Kamis (20/8/2015).
Namun saat mendengar kabar Suharno meninggal, pelatih yang akrab disapa Djanur ini mengaku kaget dan tak percaya. Mengingat di laga persahabatan 11 Agustus lalu, eks pelatih Persiwa Wamena ini masih tampak ramah, santun dan tetap akrab seperti biasanya.
"Menurut pandangan saya, Suharno orang yang betul-betul menggantungkan hidupnya di sepak bola sebagai pemain maupun pelatih yang tetap eksis dari dulu sampai sekarang. Khasnya yaitu teriakannya. Termasuk ketika ikut lisensi kepelatihan, teriakan dia (Suharno) poinnya cukup bagus," katanya.
"Saya juga sering diskusi sama beliau (Suharno) dari mulai diskusi pemain, pelatih, teknik dan banyak lainnya. Yang pasti saya merasa kehilangan," ungkapnya.