Sepakbola, PKI dan Alat Politik

Selasa, 29 September 2015 13:44 WIB
Editor: Galih Prasetyo
 Copyright:

Sebagai partai besar di medio Perang Dingin, Partai Komunis Indonesia (PKI) disebut memiliki jutaan pendukung yang tersebar hampir diseluruh Indonesia. Berbagai pertanyaan muncul, bagaimana mungkin partai yang di tahun 1928 dicap sebagai partai pemberontak bisa mendapat simpatik publik? 

Banyak cara memang yang dilakukan PKI saat itu. Sejumlah kronik sejarah menguak fakta bagaimana PKI jalankan siasat politiknya untuk menarik simpatik publik. Salah satunya lewat sepakbola. 

Kliping koran dari Harian Rakjat terbitan 29 September 1955 menyebutkan bahwa PKI menjelang Pemilu 1955 menggunakan sejumlah pesepakbola nasional yang berprestasi maju sebagai calon anggota legislatif. Mereka ialah Ramlan dan Witarasa. 

Dua nama diatas mungkin tidak terlalu dikenal saat ini namun mereka di medio itu ibarat Cristian Gonzales dan Boaz Salosa saat ini. Harian Rakjat menulis soal sepak terjang Ramlan, ia juga kapten timnas Indonesia di medio tersebut, 

"Ketika melawan Salzburg, dia (Ramlan) mendjadi bintang lapangan jang terbaik dan palng pintu kesebelasan kita jang rapat," 

Lalu bagaimana sosok Witarsa? "Kanan luar jang paling tjepat, paling tjepat, paling tjekatan dan paling taktis," Saat itu Witarsa ialah pesepakbola muda yang berposisi sebagai winger kanan, "Pemain muda jang banyak harapan, jang berkali2 membela nama nasional kita dengan gol2nya jang manis,"

Semua tulisan mengenai dua sosok caleg PKI berlatar sepakbola ini ditulis oleh Jahja Jacub, seorang wartawan yang tulisannya banyak dimuat di Harian Rakjat. Jacub sering menulis soal esai sepakbola. Ia juga anggota Komisi Kesebelasan Nasional Indonesia - cikal bakal PSSI. 

Strategi ini ampuh, berbondong-bondong masyarakat saat itu mencoblos PKI. Mereka pun jadi pemenang ke 4 pemilu 1955. Usai pemilu, PKI coba mempertahankan basis massanya. Sepakbola kembali digunakan. 

PKI saat itu mengundang salah satu tim kuat Uni Soviet, Lokomotiv Moscow. Lawannya ialah tim kuat Jakarta, Persija Jakarta. Laga berlangsung di lapangan Ikada (sekarang Monas). Meski laga berakhir dengan kekalahan telak Persija 0-5, PKI jadikan sepakbola sebagai media untuk menarik kecintaan publik pada mereka. 

Lokomotiv Moscow yang kala itu diisi oleh sejumlah buruh kereta api kota Moskow, Uni Soviet tidak berhenti melawan Persija. Mereka tur ke Indonesia, sejumlah klub Indonesia menjajal melawan mereka. Total 32 gol diceploskan klub ini ke sejumlah klub Indonesia. 

Laga Lokomotiv di Indonesia: 

vs Persija 5-0
vs Persebaya Surabaya 4-0
vs PSMS Medan 9-0
vs PSP Padang 7-0
vs PSSI B 9-0
vs PSSI A 3-1 

307