Peristiwa Masa Lampau

Arrigo Sacchi: Si Plontos 'Pencipta' Era Dream Team di AC Milan

Jumat, 1 April 2016 14:00 WIB
Editor: Yohanes Ishak
 Copyright:
Era Kejayaan AC Milan

Pada awal kedatangannya, Arrigo Sacchi mendapat perlakuan tidak, Arrigo Sacchi mendapat perlakuan tidak menyenangkan, karena kemampuannya diragukan.

Beberapa media ternama di Negeri Pizza tersebut juga memandang Sacchi sebelah mata, karena ia datang dari level amatir dan pelatih tim junior.

Namun tanggapan tersebut ditepisnya dengan langsung memberikan dua gelar, yaitu Serie A di musim perdananya yang juga merupakan gelar pertama untuk klub berjuluk Rossoneri tersebut dalam waktu 9 tahun terakhir (sebelum Sacchi datang, terakhir Milan juara Serie A musim 1978/79). Selain itu, ia juga menyumbangkan Piala Super Italia.

Tidak hanya itu, Sacchi juga melahirkan trio Belanda, yaitu Marco van Basten, Ruud Gullit, dan Frank Rijkaard. Dari pemain asli Italia, ia melahirkan pemain hebat lainnya, seperti Roberto Donadoni, empat bek tangguh, Franco Baresi, Alessandro Costacurta, Mauro Tassoti, dan sang ikon klub, Paolo Maldini.

Menariknya lagi pada musim kedua dan ketiganya, Arrigo Sacchi kembali melambungkan namanya dengan mengibarkan bendera AC Milan di kancah Eropa, yaitu ia memberikan gelar Piala Eropa (yang saat ini bernama Liga Champions) dua kali secara beruntun yang juga menjadi klub pertama yang berhasil mempertahankan gelar ini sejak tahun 1980.

Pada final pertama di tahun 1989, Sacchi membawa Milan melibat Steaua Bucarest dengan skor telak 4-0 melalui brace goal dari Ruud Gullit dan Van Basten, sebelumnya Sacchi juga memberikan hasil menakjubkan dengan menumbangkan klub raksasa Real Madrid dengan skor agregat mencolok 6-1 di partai semifinal.

Pada musim berikutnya, Sacchi kembali memberikan gelar Piala Eropa dengan menumbangkan klub Eropa yang juga saat itu tengah bersinar di bawah asuhan pelatih tenar Sven-Goran Eriksson, Benfica di partai puncak, melalui gol tunggal Rijkaard yang memanfaatkan umpan matang dari Van Basten.

Sebelum sukses menjadi juara, Rossoneri juga melampaui pertandingan yang tak mudah dengan melibas, HJK Helsinki, Real Madrid, KV Mechelen, dan pertandingan dramatis di semifinal melawan raksasa Bayern Munchen.

Dalam dua tahun itu juga, ia sukses memberikan gelar Piala Super Eropa dan Piala Intercontinental (Saat ini bernama Piala Dunia Antarklub) di tahun 1989 dan 1990.

Arrigo Sacchi pun pernah merasakan kegagalan, meski sukses memberikan gelar Piala Eropa kedua secara beruntun, mereka takluk di kancah domestik dari Juventus di final Coppa Italia 1989/90.

Pada musim keempat atau musim terakhir di periode pertamanya bersama Milan di 1990/91, ia tumbang dari Olympique Marseille di perempatfinal Piala Eropa dan kandas di Coppa Italia saat melawan AS Roma di partai semifinal.

Kendati demikian, nama Arrigo Sacchi tetap tak bisa dipandang sebelah mata, karena ia memberikan banyak gelar dalam tiga musim perdananya untuk Milan.

158