Dipilihnya Jakarta sebagai lokasi Kongres PSSI akhirnya menghentikan segala polemik terkait lokasi Kongres tahunan yang menjadwalkan agenda utama untuk memilih Ketua Umum, Wakil Ketua Umum dan jajaran Komite Eksekutif periode baru.
Sebelumnya, sempat terjadi tarik ulur terkait lokasi penyelenggaraan Kongres yang akan dilangsungkan pada 17 Oktober mendatang tersebut.
PSSI sebagai induk sepakbola Indonesia bersikukuh ingin menggelar Kongres di Makassar, sesuai rencana awal berlandaskan Statuta. Sedangkan pemerintah menghendaki Kongres PSSI digelar di Yogyakarta.
Kelompok 85, sebagai pemilik mayoritas hak suara menegaskan, tak pernah menolak apalagi mengancam boikot jika kongres tetap dilangsungkan di Ibukota Sulawesi Selatan sesuai arahan PSSI.
Edy Rahmayadi menegaskan bahwa Kelompok 85 tidak pernah mengeluarkan ancaman boikot.
"Kami tidak pernah menolak Makassar sebagai tuan rumah untuk Kongres PSSI," Edy Rahmayadi menegaskan.
Calon Ketua Umum PSSI itu pun menambahkan, jika pihaknya juga menepis anggapan terlalu mendukung pemerintah yang ingin Kongres dilangsungkan di Yogyakarta.
"K-85 lebih mementingkan kongres untuk segera digelar, dimana pun tempatnya kami siap, asal kan masih di wilayah Republik Indonesia," ungkap Caketum yang menjabat Panglima Komando dan Strategi Angkatan Darat (Pangkostrad) tersebut.
Tak lupa, Edy Rahmayadi pun mengajak semua stake holder sepakbola di tanah air untuk segera mengakhiri polemik ini, demi masa depan sepakbola Indonesia yang lebih baik.
"Yang paling penting adalah bukan soal tempatnya. Tapi, Kongres harus segera digelar untuk memutuskan sosok pemimpin PSSI yang baru," tegasnya.
"Karena sudah satu tahun lebih pembinaan sepak bola tanah air terhenti dan tidak jelas perkembangannya," pungkas Pangkostrad yang juga berpangkat Letnan Jenderal (Letjen) TNI itu.