6 Kisah Heroik Ayah dan Anak dengan 'Darah Sepakbola' di Indonesia

Jaya Hartono dikenal sebagai pemain nasional yang pernah memperkuat PSMS Medan pada 1982 , Gresik United pada 1990-1991, Persisam pada 1998 hingga berseragam Persik Kediri pada 2000.
Pria kelahiran Medan, Sumatera Utara ini akhirnya melanjutkan kiprahnya di dunia kulit bundar sebagai seorang pelatih, tepatnya bersama Persib Bandung medio 2008-2010. Karier kepelatihan Jaya sebenarnya cukup mentereng sebelum membesut Tim Maung Bandung.
Jaya pernah menjadi asisten pelatih Arema Malang pada 2000, melatih Persik Kediri pada 2001-2004, lalu pindah menukangi Persiba Balikpapan pada 2004-2005, hingga akhirnya menjadi pelatih Deltras Sidoarjo pada 2005-2008 sebelum akhirnya berlabuh ke Persib.
Setelah melatih Persib, Jaya sempat merasakan melatih tim ibu kota, Persija Jakarta pada 2011 yang lalu.
Darah sepakbola pun ditularkan kepada sang anak, Gani Jaya Pradana Ramadan, meski awalnya Jaya mengaku tak ingin sang anak menjadi pemain sepakbola.
Jaya bahkan pernah memaksa Gani untuk menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan melarang anaknya tersebut bermain sepakbola.
“Dengan situasi sepakbola Indonesia seperti sekarang ini, wajar bila saja ingin masa depan anak saya lebih jelas. Saya memaksa Gani untuk ikut tes PNS, namun langkah ini membuat dia malah jadi stres sampai badannya kurus.”
“Ternyata anak saya tetap bersikeras ingin menjadi pemain sepakbola professional.”
Kini, Gani pun tergabung bersama klub yang dilatih sang ayah yakni Persepam Madura Utama. Di sana, Gani bermain di posisi bek kanan.
Meski melatih sang anak di Persepam, Jaya menginginkan Gani bermain secara profesional dan bekerja keras untuk menembus skuat utama. Jaya tak ingin Gani memanfaatkan nama besarnya di skuat Persepam.
Kini, Jaya melatih Persepam Madura Utama sekaligus anaknya, Gani di pentas Indonesia Soccer Championship B 2016. Di klasemen sementara Grup B ISC B, Jaya hanya membawa Persepam berada di peringkat ke-3 dengan catatak 5 poin dari 6 laga.