6 Kisah Heroik Ayah dan Anak dengan 'Darah Sepakbola' di Indonesia

Sabtu, 12 November 2016 17:21 WIB
Editor: Ramadhan
 Copyright:
Sartono Anwar dan Nova Arianto

Sartono Anwar merupakan mantan pesepakbola Indonesia era 1970-an. Setelah memutuskan gantung sepatu pada 1972, ayah dari mantan pemain Persib Bandung, Nova Arianto ini akhirnya memilih menjadi pelatih sepakbola dari klub PSIS Semarang.

Bukan pilihan sulit bagi Sartono untuk menjadi seorang pelatih. Ia bahkan lebih memilih kembali bergelur di dunia si kulit bundar ketimbang harus menjadi pegawai di salah satu perusahaan minyak.

Meski terbilang tak terlalu sukses saat menjadi pemain, Sartono justru menorehkan prestasi bagus sebagai pelatih. Sartono sukses membawa PSIS meraih gelar juara Perserikatan pada 1987 yang lalu setelah mengalahkan Persebaya Surabaya.

Darah sepakbola tak hanya ia nikmati sendiri. Sartono menularkannya kepada sang anak, Nova Arianto. Pemain yang akrab disapa Vava itu mulai mengenal sepakbola saat sang ayah sering mengajaknya ke lapangan sepakbola tepatnya di Stadion Citarum, tempat Sartono biasa melatih para pemain PSIS akhir 1980-an.

Vava yang pernah memperkuat Timnas Indonesia, Persib Bandung, dan Sriwijaya FC itu, mendapatkan sesi latihan sepakbola dengan sang ayah sejak usia 12 tahun.

Menariknya, Vava kecil justru bermain sebagai seorang striker bukan sosok bek tangguh yang selama ini ditunjukkan di pentas sepakbola Indonesia.

“Saya paksa Nova latihan sepakbola sebagai striker hampir setiap sore karena ia bilang mau jadi pemain sepakbola,” kata ayah Nova Arianto, Sartono Anwar.

Diwarisi bakat bermain sepakbola oleh sang ayah, Vava pun terhitung sebagai salah satu bek hebat dalam sejarah persepakbolaan Indonesia terutama medio 2000. Kini, Vava yang tak lagi berstatus pemain profesional memutuskan untuk menjadi pelatih.

Berbekal lisensi kepelatihan B AFC, Nova kini tercatat sebagai pelatih kesebelasan Madiun Putra FC di ajang Indonesia Soccer Championship B 2016.

756