6 Kisah Heroik Ayah dan Anak dengan 'Darah Sepakbola' di Indonesia

Sabtu, 12 November 2016 17:21 WIB
Editor: Ramadhan
 Copyright:
Adityo Darmadi dan Adixi Lenzivio

Adityo Darmadi dikenal sebagai sosok legenda Persija Jakarta dan mantan pemain Timnas Indonesia era 1980-an. Bersama Persija, Adityo tumbuh sebagai sosok pemain yang menakutkan bahkan selalu menjadi teror dua pemain klub rival Persib Bandung, Robby Darwis dan Adeng Hudaya.

Di Persija, nama Adityo melambung tinggi setelah berhasil menyelamatkan Macan Kemayoran dari jurang degradasi di tahun 1985.

Lalu, pada tahun 1986, Persija bisa bangkit di Kompetisi Divisi Utama PSSI. Pencapaian Persija semakin menanjak sejak Adityo bergabung bersama Persija. Bahkan pemain yang identik dengan nomor punggung 8 itu menjadi top skor kompetisi dengan 10 gol.

Tapi sayangnya, Adityo tak mampu mengantarkan Persija juara setelah takluk dari Persebaya Surabaya dalam laga final tahun 1988

Sukses bersama Macan Kemayoran, Adityo membuktikan diri di level Timnas Indonesia. Adityo menjadi bagian dari Skuat Garuda di pentas Pra Piala Dunia 1986. Adityo juga merupakan salah satu anggota Tim Merah Putih saat berhasil menduduki posisi ke-4 Asian Games 1986 di Seoul, Korea Selatan.

Tak hanya itu, Adityo juga ikut membawa Indonesia meraih medali emas di pentas SEA Games 1987 yang berlangsung di Jakarta.

Bakat sepakbola Adityo yang didapat dari sang mertua Harry Tjong, akhirnya diwariskan kepada dua orang anaknya, Andro Levandy dan Adixi Lenzivio. Pemain bertinggi badan 170 cm itu memulai karier di tim internal Persija, Menteng FC hingga jadi kiper utama Persija U-21 pada musim 2008/09.

Adixi akhirnya sukses menembus tim utama Persija Jakarta pada 2011. Ia akhirnya mendapatkan kesempatan bermain menggantikan kiper utama, Galih Sudaryono pada 6 Januari 2013 saat menghadapi Persisam Samarinda di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta.

Selama berseragam Macan Kemayoran, Adixi tampil sebanyak 8 kali. Tak hanya bersama Persija, Adixi juga menjalani debut bersama Timnas Indonesia U-23 saat menghadapi Jakarta All-Stars yang kala itu diperkuat gelandang AS Roma, Radja Nainggolan.

Saat dihubungi INDOSPORT, Adixi yang bermain di posisi kiper mengakui bahwa peran sang ayah sangat besar bagi dirinya untuk memulai karier di dunia sepakbola. Sejak kecil, pemain berusia 24 tahun itu sudah diajak sang ayah untuk bermain bola.

“Dari kecil, yang pasti ayah mengenalkan saya dengan sepakbola. Saat kecil, ayah memberikan saya bola, bukan mobil-mobilan atau hal lainnya kayak sebagian besar anak kecil,” ungkap Adixi Lenzivio kepada INDOSPORT.

Saya bersama kakak saya dikasih bola untuk berlatih sepakbola. Apalagi, rumah saya dekat dengan rumah opa (kakek, Harry Tjong), yang juga pemain sepakbola. Ya sudah akhirnya kita pindah ke sebelah rumah opa jadinya ya ketemu bola lagi.”

“Dari situlah awalnya karena dikasih bola, ya jadinya sampai gede gini akhirnya jadi pemain bola.”

“Saya sebenarnya dulu main sebagai striker malah bukan kiper. Dulu gabung di SSB AS IOP, sekitar kelas 3 atau 4 SD gitu saya jadi striker.”

“Cuma pas latihan jadi kiper kok rasanya enak banget ya, bisa terbang-terbangan gitu. Terasa beda banget pas jadi kiper. Akhirnya konsultasi sama opa, apakah jadi kiper aja. Opa ngasih saran untuk jalani aja dulu. Ya sudah akhirnya jadi kiper sampai sekarang ini.”

“Di keluarga terutama ayah itu ngasih kebebasan untuk memilih apakah mau jadi pemain sepakbola atau mau jadi polisi, dokter atau yang lain. Yang jelas ayah ngasih kebebasan, apalagi sepakbola ditekuni sejak kecil, sudah jadi hobi lagi.”

Adixi kini akhirnya memutuskan untuk melanjutkan studinya di bangku kuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Jakarta. Ia mengaku tetap bertekad kembali merumput jika nanti Persija kembali merekrutnya untuk bermain di kompetisi baru pasca Torabika Soccer Championship 2016.

“Tekad saya kembali bermain sepakbola bersama Persija Jakarta musim depan jika kompetisi (liga) kembali bergulir. Persija sudah ada di hati saya karena menjadi klub pertama yang saya bela.”

756