Diburu dan Tertindas, Etnis Rohingya Berusaha 'Hidup' Lewat Sepakbola
"Mereka tidak membiarkan kami hidup. Mereka mengusir kami," kata Hamid Ullah, salah satu pengusi Rohingya mengenang hal buruk yang ia dan saudara-saudaranya alami saat masih di Myanmar.
Ullah dan orang Rohingya lainnya merasa bahwa hidupnya seolah sudah tak berarti saat berada di Myanmar. Tak ada harapan dan tujuan.
Namun harapan dan tujuan itu kembali muncul saat Ullah dan sebagian orang Rohingya lainnya berhasil keluar dari Myanmar dan tinggal di Australia. Harapan dan tujuan itu kembali menguat karena di Negeri Kangguru tersebut, mereka bisa bermain sepakbola.
"Lewat sepakbola, saya seperti baru hidup tiga tahun lalu. Sepakbola memberi harapan dan tujuan hidup," kata Ullah yang sudah tiga tahun tinggal di Australia.
Ullah dan beberapa orang Rohingya lainnya pun mendirikan klub sepakbola, klub itu mereka beri nama The Lakemba Roos. Awal berdiri, klub ini hanya beranggotakan 20 orang.
Perkembangan The Lakemba Roos pub menyita perhatian sejumlah orang yang peduli di Australia. Javier Paul Ortiz dari Settlement Services International berusaha agar banyak pihak di Australia bisa memberi dukungan penuh atas perkembangan The Lakemba Roos.
Perhatian banyak pihak kepada perkembangan The Lakemba Roos pun membuat sejumlah anggota klub tersebut merasa sangat dihargai sebagai manusia.
"Mereka sudah sangat baik. Setiap kali kami bertanding, ada banyak orang yang berusaha membantu kami dari banyak hal," kata Mohammed Harris, salah satu penggawa klub tersebut.
Pelatih The Lakemba Roos, Mohammed Younus menyebut sangat bersyukur dengan kondisi ini. Younus menyebut bahwa saat ini ia merasa sangat hidup karena sepakbola.
"Dulu kami main sepakbola di sawah-sawah yang sangat terpencil, jauh dari pandangan militer Myanmar. Jika kami ketahuan bermain sepakbola, nyawa kami jadi taruhannya," kata Younus seperti dilansir smh.com.au.