Diburu dan Tertindas, Etnis Rohingya Berusaha 'Hidup' Lewat Sepakbola
Tidak hanya di Australia, di Malaysia sejumlah pengusi Rohingya pun mendiri klub sepakbola agar bisa melupakan semua hal buruk yang mereka alami.
Rohingya Football Club (RFC) berdiri pada 2015 lalu di Malaysia. Pemain dari klub ini rata-rata berumur 18-30 tahun.
Sejumlah dukungan finansial berhasil didapat klub ini dari perusahaan swasta di Malaysia dan sejumlah publik figure di Negeri Jiran tersebut.
Berdirinya RFC mengilhami sejumlah etnis Rohingya lainnya untuk melakukan hal sama. Klub ini seperti dilansir dari reuters.com acapkali mendapat undangan untuk melakukan pertandingan persahabatan.
"Mereka memberi inspirasi kepada masyarakat Rohingya lain untuk melakukan hal serupa," kata Pannir Selvam, salah satu wasit yang pernah memimpin pertandingan RFC.
Meski berdiri untuk 'menghidupkan' kembali semangat mereka, klub ini tak lantas tak menemui kesulitan. Klub ini tiap bulannya membutuhkan dana sebesar 350 dollar, dana tersebut untuk menyewa lapangan latihan, dan hal-hal lain.
Namun hal itu tak lantas membuat surut semangat penggawa RFC. Bagi mereka bermain sepakbola bertujuan untuk membawa mereka lebih santai dalam hidup.
Menariknya, klub ini ternyata diisi oleh sejumlah pemain yang sangat berambisius untuk bisa tampil di Olimpiade. Salah satunya ialah Saiful Shahidul,
"Saya ingin bisa menjadi pesepakbola profesional dan bermain di Olimpiade." kata Saiful.
Keinginan dari Saiful pun diamini oleh penggawa lain seperti Farouque. Ia dan orang-orang Rohingya di RFC memang sangat berambisi untuk bisa tampil di Olimpiade.
"Insya Allah kami akan bermain di Olimpiade satu hari nanti sebagai Tim Pengusi," kata Farouque.