Jejak UMS yang Terlupa: Klub Indonesia-Tionghoa, Piala Dunia, Persija, dan Timnas Merah Putih

Rabu, 23 November 2016 15:00 WIB
Editor: Yohanes Ishak, Tengku Sufiyanto, Mitjanna Lotusina Rangkuti
 Copyright:
Awal Mula Ikatan Batin UMS dan Persija Jakarta

Perlahan sepakbola Indonesia di zaman kolonial Belanda menunjukkan persaingan ketat antara pribumi dan etnis Belanda.

PSSI resmi mendirikan kompetisi Perserikatan pada tahun 1931. VIJ keluar sebagai juara perdana ketika itu. Kemudian VIJ terus menjadi juara Perserikatan di 1931, 1933, 1934, dan 1938.

Perkembangan politik juga turut mempengaruhi dunia bal-balan Tanah Air di era Kolonial Belanda. Indonesia yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 membuat eksistensi klub-klub pribumi lebih tinggi ketimbang kolonial Belanda.
 


Persija Jakarta di tahun 1950-an.

Di satu sisi, UMS akhirnya mampu menjuarai kompetisi VBO pada tahun 1949. Ini merupakan gelar ketujuh di kompetisi VBO. Sebelumnya, UMS menjadi juara pada tahun 1930, 1932, 1933, 1934, 1937, dan 1938.

Meski sudah merdeka, NIVU belum mengakui PSSI. Maklum, ketika itu Belanda hanya mengakui kemerdekaan Indonesia secara De Facto (Pengakuan yang diberikan oleh suatu negara kepada negara lain yang telah memenuhi unsur-unsur negara, seperti ada pemimpin, rakyat dan wilayahnya).

Waktu demi waktu berlalu, Belanda mengakui Indonesia secara De Jure (pengakuan terhadap suatu negara secara resmi berdasarkan hukum dengan segala konsekuensi atau pengakuan secara internasional).

Runtutan peristiwa politik tersebut membuat VBO mengadakan pertemuan bersama anggota NIVU lainnya pada pertengahan 1951. VBO berserta anggota NIVU lainnya resmi mmebubarkan diri. Riwayat NIVU pun berakhir sudah.

VBO akhirnya bergabung dengan VIJ. Bergabungnya VBO dengan VIJ, membuat para anggotanya termasuk UMS juga turut ikut bagian.
 

Persija Jakarta kala masih bernama VIJ.

UMS dan Tunas Jaya beserta klub etnis lainnya bergabung dengan VIJ yang kemudian berganti nama menjadi Persija Jakarta pada tahun 1950. Itulah awal mula UMS mulai mencetak pesepakbola berbakat warga pribumi. Mohammad Djamiat Dalhar, yang tinggal di Tanah Abang menjadi warga pribumi pertama yang masuk ke dalam UMS.

UMS dan klub lainnya kemudian mengikuti kompetisi Persija. Dari sanalah, jebolan pemain UMS masuk ke dalam era kejayaan Persija.

UMS berubah wujud menjadi klub yang merajai kompetisi Persija pada tahun 1952 dan 1953. Para pemain jebolan UMS pun masuk ke dalam bagian skuat Persija. Sebut saja A.W. Van der Vin, Djamiat Dalhar, Chris Ong, Thio Him Tjiang, dan Kwee Kiat Sek.

"Dari awal kami sudah terbuka dengan kaum pribumi. Di sinilah awal jebolan UMS adalah pemain Timnas dan Persija. Itu tidak boleh dipungkiri, karena ini bagian sejarah," ungkap Alex Sulaiman kepada INDOSPORT.

Tak hanya UMS, Tunas Jaya menjadi saingan UMS dalam mengirimkan bakat-bakat pesepakbolanya ke Persija.

"UMS itu penghasil pemain Timnas dan Persija. Dulu ada kompetisi internal Persija. UMS partisipasi di sana. Jadi pemain UMS dipantau. Kalau klub etnis Tionghoa dulu hanya ada dua yang bagus, UMS dan Tunas Jaya," ujar Alex.
 

Legenda UMS, Persija Jakarta, dan Timnas Indonesia, (Alm) Drg. Endang Witarsa.

Berkat sentuhan pemain UMS, Persija akhirnya mampu kembali menjuarai Perserikatan tahun 1954 dan 1964. Pemain-pemain UMS yang ambil bagian dalam kejayaan tim Macan Kemayoran tersebut adalah Reni Salaki, Chris Ong, A.W. Van der Vin, Djaminiaat Dhalhar, Liem Soe Liong (Surya Lesmana), Thio Him Tjiang, Yudo Hadianto, Fam Tek Fong (Mulyadi), Didik Kasmara, dan Kwee Kiat Sek.

Persija kembali menjadi juara Perserikatan tahun 1973, 1975, dan 1979. Satu figur kunci kesuksesan tim Oranye yang berasa dari jebolan UMS adalah Risdianto. Ia bersama Iswadi Idris, Rony Paslah, Anjas Asmara, Sutan Harhara, dan Oyong Liza bahu membahu menjadikan klub Ibu Kota Jakarta itu raja sepakbola di Indonesia.

"Ada pemain-pemain macam Reni Salaki hingga Risdianto merupakan jebolan UMS untuk kejayaan Persija," ujar Alex.
 


Legenda UMS, Persija Jakarta, dan Timnas Indonesia, (Alm) Drg. Endang Witarsa.

Namun, satu nama yang patut dibilang sebagai aktor utama kejayaan Persija dari UMS adalah (Alm) Drg. Endang Witarsa (Liem Soen Joe). Ia merupakan pelatih Persija dari tahun 1962 posisi Wuwungan yang dinilai gagal di kompetisi Perserikatan tahun 1958 dan 1959.

Penunjukan (Alm) Endang Witarsa sebagai pelatih Persija tak terlepas dari sukses UMS menjuarai kompetisi Persija di tahun 1960 dan 1961. Di bawah asuhannya, UMS menjadi juara tanpa kekalahan ketika itu.

Dengan materi pemain muda, dokter membuktikan tangan dinginnya mampu mengangkat prestasi Persija. Si Merah Putih dibawanya juara tanpa terkalahkan dengan rekor gol fantastis 34-3. Selain juara, gelar Persija terasa lengkap setelah Soetjipto Soentoro meraih gelar top skor dengan 16 gol. Musim yang lengkap bagi Persija dan Dokter pada Perserikatan tahun 1964.

460