Sentuhan Dingin Anatoli Polosin, Pelatih 'Sadis' yang Sumbang Emas Terakhir Indonesia
Anatoli Polosin selalu mengedepankan kerja keras dan disiplin pemain sebagai kunci utama. Saat menukangi timnas Indonesia, ia ternyata langsung memperkenalkan program untuk menggembleng fisik pemain.
Ketika itu, Polosin menilai jika para punggawa tim Garuda memiliki kondisi fisik yang buruk. Ia bahkan menganggap jika pahlawan-pahlawan Indonesia di SEA Games 1991 itu manja dan kurang disiplin. Alhasil, dibantu oleh Vladimir Urin dan Danurwindo, di mulailah penggemblengan fisik jelang pembukaan Sea Games Manila.
Program tersebut lebih dikenal dengan nama Shadow Football. Makna gampangnya: bermain tanpa bola. Selama 3 bulan para pemain ditempa fisik, stamina dan instingnya. Rochy Putiray cs sangat jarang melakukan latihan tanpa bola. Yang dilakukan lebih kepada latihan fisik, seperti berlari naik-turun gunung, di pantai, dan lain-lain yang sangat menguras tenaga.
Sesi lain dalam latihan keras ala Eropa Timur lainnya adalah keharusan para pemain untuk melakukan ball touch sebanyak 150 kali, Vladimir Urin menjelaskan bahwa touch ball yang dibuat Marco van Basten selama 90 menit tampil di lapangan minimal mencapai 150 kali. Para pemain Indonesia diharapkan dapat mendekati apa yang dilakukan Marco van Basten itu.
Pada saat metoda latihan touch ball inilah pemain Indonesia sadar bahwa metoda tersebut sangat berguna. Sebab, mereka harus aktif bergerak yang pastinya membutuhkan stamina dan fisik yang kuat. Latihan fisik ekstrem yang dijalani para pemain timnas Indonesia membuat para pemain mampu berlari sejauh 4 kilometer dalam waktu 15 menit.
Kas Hartadi yang tergabung dalam skuad Merah Putih di SEA Games Manila menceritakan sedikit mengenai sesi latihan keras yang sering diberikan Polosin.
“Kami menjalani training camp sekitar 2 tahun. Bersama Polosin latihan memang sangat berat. Tiga kali sehari latihan. Kami latihan tanpa bola, naik turun gunung sekitar 5 kali di daerah Jawa Barat pernah kami jalani,” kenang Kas Hartadi.