Sentuhan Dingin Anatoli Polosin, Pelatih 'Sadis' yang Sumbang Emas Terakhir Indonesia
Polosin memang dikenal sangat disiplin. Ia tak ragu mencoreng bintang sepakbola Indonesia sekalipun jika mereka berlaku indisipliner, dan lebih memilih pemain muda yang memiliki hasrat lebih serta semangat juang tinggi.
Contoh nyatanya adalah ketika Polosin membawa Rocky Putiray dan Widodo C. Putra yg masih 20 tahun. Bukan berarti mereka berdua memiliki fisik yang bagus. Yang jelas, menurut Danurwindo dan Vladimir Urin, banyak pemain muda yang punya kemauan keras untuk berkembang.
Latihan fisik selama 3 bulan itu melebihi cara latihan fisik di militer seperti yang pernah dilakukan timnas Garuda I dan II. Dari 57 pemain yang terpanggil pelatnas SEA Games 1991, banyak sekali yang menyerah atau tercoret karena tidak kuat lagi dengan latihan keras yang diprakarsai Polosin.
Mantan pemain Timnas, Miki Tata dan Singgih Pitono bahkan dikabarkan sering sekali berada di urutan belakang ketika latihan berlari. Katanya, sih, karena tidak ingin kentutnya terdengar.
Suatu hari, Sudirman yang digenjot fisiknya secara spartan super keras ini, ternyata ditengah latihan fisik naik bukit dan turun bukit ini, 'mencret-mencret'.
Agar tidak ketahuan pelatih dan kawan-kawannya, Jenderal Sudirman (alamat akun facebokk-nya), membuat mencret-mencret-nya di sekitar bukit, dimana semua pemain pasti akan melewatinya.
Pernah juga suatu hari, Sudirman yang fisiknya digenjot secara overload saat naik daerah perbukitan tak kuasa menahan (maaf) tahi.
Ia mencret-mencret, namun tidak memberi tahu siapapun. Ia baru bercerita setelah mereka masuk hotel ketika rekan-rekannya cerita-cerita bahwa selama di bukit ada bau yang tak sedap, barulah Sudirman mengaku bahwa dirinya 'mencret-mencret' selama digojlog Polosin dengan disiplin super keras dan ketat. (Gregah Nurikhsani)