Cengkeraman Mafia di Sepakbola Italia, Kisah Tragis dan Upaya Perlawanan
Hingga Februari 2011 lalu, ada sebuah klub dari selatan Italia yang berbeda dari klub kebanyakan. Bukan karena prestasi atau hal positif lainnya, klub bernama La Nuova Quarto Calcio ini dianggap berbeda karena sang presiden, Giuseppe Polverino.
Mengapa Polverino dianggap begitu berbeda?
Polverino bukan sosok pria biasa, di kawasan Naples, Italia, Polverino merupakan Camorra, sebutan mafia dari Naples, Italia. Bisnis organisasi yang dipimpin oleh Polverino ialah jual beli kokain, prostitusi, hingga perjudian.
Dilansir dari thesefootballtimes.co, Polverino mendirikan klub La Nuova merupakan bagian dari strategi bisnis perjudiannya serta keinginannya untuk mendapat penghormatan dari warga setempat.
Namun usaha dari Polverino tidak lama, setelah pemerintah Italia membentuk unit khusus pemberantasan mafia. Unit ini kemudian menangkap Polverino dan skuat La Nuova, aset klub ini juga disita.
Sayangnya meski kepolisian Italia sudah berusaha untuk meminimalisir praktek mafia di segala sendi kehidupan termasuk sepakbola, hal itu tak benar-benar terjadi.
Usai klub buatan Polverino dibekukan, data menyebutkan bahwa di pertengahan hingga akhir 2011, tercatat ada 100 orang ditangkap oleh Kejaksaan Italia terkait kasus match fixing.
Para tersangka ini sebagian besar merupakan anggota dari kelompok mafia yang tersebar di Italia serta melibatkan sejumlah pemain dan klub. Kasus penangkapan 100 orang ini kemudian dikenal dengan sebutan skandal 'Ultima Scommessa'.
Tiga klub terlibat dalam skandal ini yakni Bari, Napoli, dan Cremona. Sejumlah pengamat di Italia menyebut bahwa keterlibatan mafia dalam sendi kehidupan masyarakat Italia termasuk bidang sepakbola merupakan kasus yang rumit untuk diurai.
Mengapa hal itu bisa terjadi? Mafia di Italia bukan sekedar kelompok kriminal semata, sebagian besar masyarakat Italia bahkan memiliki balas budi ke kelompok mafia.
Kasus Polverino misalnya, sejumlah warga yang tak rela jika klub La Nouva harus ditutup selamanya. Mereka berupaya agar klub itu masih ada eksistensinya.
Selain itu bagi mafia, ada hukum tak tertulis bahwa pengkhianatan bayarannya ialah nyawa. Warga setempat khawatir jika mereka tak melakukan apapun pada klub itu, nyawa mereka akan jadi ganjarannya jika Polverino bebas dari bui.
Sebenarnya kasus La Nouva juga dialami oleh para pendukung klub Rosarno. Klub ini pada 2010 sempat diambil alih oleh pihak kejaksaan karena petinggi klub ini terbukti secara hukum merupakan bagian dari mafia.
Pemerhati masalah mafia, Corrado De Rosa mengatakan mafia telah menancapkan kuku-kuku mereka ke segala lapisan masyarakat.
"Kepemilikan klub sepakbola oleh para mafia membuat mereka berada di posisi yang 'terhormat' di masyarakat. Akibatnya aksi kriminal mereka seperti pencucian uang dan lainnya malah mendapat perlindungan. Mereka begitu dihormati selain ditakuti," kata De Rosa.
Dipandang secara sosiologis, masyarakat Italia yang sudah bertautan dengan mafia memang telah patologis (gejala sakit secara sosial). Akibatnya tindakan mereka pun seperti membiarkan dan membenarkan tindakan kriminal para mafia ini, termasuk saat mereka melakukan praktik match fixing dan mendirikan klub untuk pencucian uang.