Liga Indonesia

Mengupas Sejarah dan Rivalitas 2 Klub Tionghoa di Jakarta

Senin, 30 Januari 2017 10:30 WIB
Editor: Gerry Anugrah Putra
© Gerry Putra/INDOSPORT
Stadion Taman Sari, stadion tua saksi perjalanan Tunas Jaya Copyright: © Gerry Putra/INDOSPORT
Stadion Taman Sari, stadion tua saksi perjalanan Tunas Jaya
Mengenang Kejayaan Klub Besar Tionghoa Jakarta

Saat ini UMS dan Tunas Jaya masih berdiri, namun keduanya mengalami nasib yang berbeda dengan masa lalu. UMS memang masih menempati lapangan Petak Sinkian, tapi sengketa tanah membuat mereka sempat terusir dari lapangan yang mereka tempati sejak tahun 1926.

UMS masih terus memproduksi pemain dan berkompetisi di Persija sebagai anggota. Tapi geliatnya sudah tidak seluwes zaman dahulu. Kini, UMS seperti sedikit sekali memproduksi pemain dari etnis Tionghoa. Mereka kini memang membaur dengan pribumi, khususnya Betawi, namun sedikitnya Tionghoa yang bermain sepakbola di Petak Sinkian, seperti memutus rantai tradisi klub ini.

Meski demikian, denyut nadi UMS terhadap pembinaan sepakbola usia muda di Jakarta terus berjalan. Mereka tak pernah menghentikan cita-cita para pendiri yang memang ingin olahraga terus tumbuh.

Lapangan Petak Sinkian masih menggelar beberapa latihan UMS, baik itu tim senior maupun kelompok usia muda. Kegiatan sepakbola masih menggeliat di tengah sengketa lapangan legendaris tersebut. 

Setiap sore, latihan UMS masih dipenuhi oleh warga. Baik itu Tionghoa maupaun lokal berbaur bersama menyaksikan bakat-bakat muda melatih kemampuan sepakbola. Tak jarang beberapa Tionghoa tua mengenang masa-masa mereka belajar sepakbola di UMS.

"UMS sebuah klub sepakbola yang bisa dikatakan turun menurun. Ayah saya dulu di UMS. Ketika saya masih kecil, saya suka diajak lihat ayah saya main di UMS. Pokoknya pemain UMS, anaknya mesti masuk UMS," ungkap Alex Sulaiman kepada INDOSPORT.

Sedikit berbeda dengan UMS. Tunas Jaya memang masih eksis, namun secara resmi kepengurusan mereka sudah tidak ada. Sejauh ini Tunas Jaya eksis berkat pengusaha yang juga gila bola, yakni Sen Tjon alias Achoan.

Stadion Taman Sari, menjadi lapangan latihan Tunas Jaya setelah pindah dari lapangan Djendral Urip, Jatinegara.

Tunas Jaya kini sudah bertahun-tahun menempati Stadion Taman Sari dan meninggalkan Lapangan Djendral Urip. Lapangan ini hanya dipisahkan berapa puluh meter saja dengan lapangan UMS di Petak Sinkian.

Seperti roda berputar, Tunas Jaya sedang menikmati keberadaannya di atas. UMS sekarang susah payah untuk kembali ke habitatnya sebagai klub besar yang hobi mengorbitkan pemain andal.

"Sekarang Tunas Jaya lagi bagus kan. Kemarin saya dengar mereka juara kompetisi Persija, artinya mereka ada prestasi," jelas Budhi Tanoto.

Sekarang di kompetisi Persija, Tunas Jaya jadi raja. Dua kali juara beruntun pada tahun 2011 dan 2014, menjadikan Tunas Jaya klub kuat Persija saat ini. Mereka juga mewakili Persija Muda tahun 2014 yang turun bertanding di Liga Nusantara. 

Keduanya masih eksis sebagai klub dari etnis Tionghoa yang tersisa di Jakarta. Namun persaingan mereka sebagai rival abadi terus berlanjut jika keduanya bertemu. Antara Petak Sinkian dan Taman Sari 'dendam' masa lalu masih terus tertanam. Setidaknya, Tionghoa Jakarta masih mempunyai wadah bermain bola dan warisan dari para pendahulu mereka.

383