Kota Bandung tidak bisa terpisahkan dari sejarah sepakbola nasional. Pasalnya, di kota ini berdiri sebuah klub papan atas dan sarat sejarah bernama Persib Bandung.
Sejatinya, sepakbola di Kota Bandung sudah ada jauh sebelum Persib lahir. Catatan sejarah yang minim membuat penelusuran semakin sulit dicari.
Namun, ada beberapa catatan sejarah yang menyatakan kalau sepakbola di Kota Bandung sudah ada sejak akhir abad ke-19. Para pemainnya ketika itu didominasi oleh orang-orang Belanda. Meski beberapa warga pribumi, Tionghoa, Arab, dan Ambon ikut bermain sepakbola.
Dalam perkembangannya klub pertama yang ada di Kota Bandung adalah Bandoeng Voetbal Club (BVC) pada tahun 1900, Bandoengsche Sport Vereniging Uitspanning Na Inspanning (POR UNI) dan Sport in de Open Lucht is Gezond (SIDOLIG) pada tahun 1903. Lalu muncul klub-klub lain macam Laat U Niet Overwinnen (Luno) dan perkumpulan sepakbola militer seperti Velocitas (Cimahi), Sparta, Luchtvaart Afdeeling (LA), Staats Spoors (SS), Yong Men's Combination (YMC, Tionghoa), Opleidingschool voor Inlandsche Ambetenaren (OSVIA, pribumi), dikutip dari buku Persib Juara karangan Endan Suhendra.
Semua klub tersebut bermain sepakbola di wilayah alun-alun Kota Bandung. Semua klub ini dinaungi sebuah bond atau perkumpulan sepakbola Belanda bernama Bandoengsche Voetball Bond (BVB) pada tahun 1914. BVB yang akhirnya mengelola kompetisi di antara klub-klub tersebut.
Dalam perkembangannya, kaum nasionalis mencoba untuk mengalahkan hegemoni Kolonial Belanda dalam sepakbola. Bond yang didirikan sejumlah pergerakan nasional di Kota Bandung lahir dengan nama Bandoeng Inlandsche Voetbal Bond (BIVB) pada tahun 1923. BIVB yang bakal menjadi cikal bakal Persib.
BIVB mmerupakan salah satu dari tujuh klub pendiri Persatoean Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) yang kemudian berganti nama dengan Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta. BIVB tak sendirian dalam mendirikan PSSI, ada Voetbalbond Indonesische Jacatra (Persija Jakarta, Sjamsoedin), Persatuan Sepakraga Mataram (PSIM Yogyakarta, Daslam Hadiwasito, A.Hamid, M. Amir Notopratomo), Vorstenlandsche Voetbal Bond (Persis Solo, Soekarno), Madioensche Voetbal Bond (PSM Madiun, Kartodarmoedjo), Indonesische Voetbal Bond Magelang (PPSM Magelang, E.A Mangindaan), dan Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (Persebaya Surabaya, Pamoedji).
Kemudian, BIVB menghilang. Muncul dua perkumpulan bond pribumi, yakni National Voetbal Bond (NVB) dan Persatuan Sepakbola Indonesia Bandung (PSIB). Keduanya melakukan fusi dan lahirlah perkumpulan Persib Bandung pada tanggal 14 Maret 1933.
"Tahun 1942 kegiatan olahraga seizin Jepang. Sebenarnya sepakbola masih ada. Namun, atas penguasaan Jepang. Sesudah kemerdekaan, baru di tahun 1948, sepakbola ada lagi, Persib ada laga melawan Persija ketika itu," ungkap wartawan senior Bandung, Endan Suhendra kepada INDOSPORT.
Singkat cerita, zaman dari kolonial Belanda ke penjajahan Jepang hingga pasca kemerdekaan, membuat pemetaan sepakbola Indonesia berubah. Di mana setiap daerah hanya mempunyai satu bond. Begitu pun di Kota Bandung.
"Sepakbola Belanda yang tergabung dalam VBBO mulai kalah bersaing. Mula-mula kekurangan penonton yang 'karena alasan politis' memilih nonton di pinggiran (Persib)," kata Alm Rahmatullah Ading Affandie (RAF) dalam buku Lintasan Sejarah Persib karangan R. Risnandar Soendoro.
"Dahulu memang setelah pasca kemerdekaan ada keharusan satu kota hanya punya satu bond sepakbola. Maka dari itu namanya Perserikatan," ujar Endan.
"Mereka gabung ke Persib. Ada UNI, Sidolig, Jong Ambon, dan yang lainnya bubar. Pemainnya masih campuran, Persib main di Kejurnas 1950 masih ada Belanda. Persib masih bermain di Tegallega dan Ciroyom. Setelah UNI dan Sidolig gabung, ada andilnya Persib main di kota. Itu dua klub besar di dua kompetisi Belanda. Persib menang persaingan dengan klub Belanda," lanjutnya.
Dalam perkembangannya, Persib berhasil merajut kesuksesan dengan menjadi juara Perserikatan tahun 1937, 1961, dan 1986. Namun, tahun 1986 boleh dibilang tonggak awal kebangkitan Persib.
Di tahun tersebut, Persib mulai konsisten kembali meraih prestasi usai tenggelam di tahun 1970-an hingga 1980-an awal. Selain itu, tim Maung Bandung mulai melahirkan satu nama yang bakal menjadi salah satu legenda pelatih Persib, Indra Mohammad Thohir.
Awal Mula Karier dan Kenangan Manis Indra Thohir
Indra Thohir lahir di Kota Bandung, tepatnya di kawasan Cigereleng Bandung Selatan pada tanggal 7 Juli 1941. Ia merupakan lulusan APD yang selanjutnya berubah nama menjadi STO atau yang lebih dikenal Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung Fakutas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan (FPOK).
Indra Thohir mengawali karier kepelatihannya bersama Persib pada tahun 1984. Saat itu, ia menjadi pelatih fisik tim Maung Bandung. Pelatih kepala Persib sendiri dipegang Nandar Iskandar.
"Saya dulu dosen di UPI Falkutas Olahraga jurusan sepakbola. Saya juga punya beberapa mahasiswa yang merupakan pemain Persib. Rekor saya lumayan saat membesut tim UPI. Dua kali finalis kejuaraan mahasiswa, dan dua kali UPI mewakili Piala ASEAN Mahasiswa di Bangkok dan Jakarta. Itu semua sebelum saya dipanggil ke Persib tahun 1984," ungkap Indra Thohir kepada INDOSPORT.
Pelatih yang akrab disapa Abah Thohir itu ikut andil membawa Persib menjadi juara Perserikatan pada tahun 1986. Materi pemain kala itu dihuni seperti, Adjat Sudrajat, Yusuf Bachtiar, Djajang Nurdjaman, hingga Robby Darwis.
Empat tahun berselang, Indra Thohir kembali meraih prestasi gemilang dengan ikut andil membawa Persib menjuarai Perserikatan tahun 1990. Saat itu, Indra Thohir bersama Dede Rusli menjadi asisten pelatih Ade Dana.
Setelah itu, kepengurusan Persib melakukan perombakan besar-besaran usai kegagalan di Perserikatan 1992. Indra Thohir kemudian ditunjuk sebagai pelatih kepala.
Uniknya, Indra Thohir dibantu mantan pemain Persib Djajang Nurdjaman sebagai asisten pelatih. Lalu ada juga Emen Suwarman.
Nama-nama penggawa Persib pun ditentukan untuk Perserikatan tahun 1994. Mulai dari Roy Darwis, Robby Darwis, Yusuf Bachtiar, Yudi Guntara, Asep Sumantri, hingga Dede Iskandar.
Uniknya, Indra Thohir merombak skema permain Persib dari 4-3-3 menjadi 3-5-2. Ia memperkenalkan skema 3-5-2 untuk pertama kalinya di persepakbolaan Indonesia.
"Pada awalnya memang menjadi kendala. Tapi, itu hanya masalah kebiasaan saja," kata Indra Thohir, dikutip dari buku Persib Juara karangan Endan Suhendra.
Buktinya, Indra Thohir berhasil membawa Persib menjadi juara Perserikatan terakhir tahun 1994. Persib berhasil mengalahkan PSM Makassar dengan skor 2-0.
Tak hanya itu, Indra Thohir kembali menorehkan prestasi emas kala membawa Persib menjadi juara Liga Indonesia pertama tahun 1995.
"Kenangan paling manis juara Perserikatan akhir dan Liga Indonesia pertama. Saya bisa juara dengan pemain-pemain lokal tanpa penggawa asing. Padahal, lawan Persib dulu dihuni oleh pemain asing hebat. Pelita Jaya contohnya yang punya Roger Milla dan Dejan Bozovic," kata Indra Thohir.
"Saat itu klub-klub sudah mulai ke arah profesional soal pemain asing. Saya masih bertahan dengan pemain lokal yang seperti klub amatir. Itu semua butuh perjuangan. Kebetulan visi dari Walikota hingga Persib sama, membawa Kota Bandung harum namanya," tambahnya.
Setelah itu, Indra Thohir berhasil membawa Persib melaju ke babak perempatfinal Piala Champions Asia 1995.
"Saya akhirnya mendapatkan penghargaan pelatih terbaik Asia tahun 1995. Itu kenangan manis juga buat saya," ujar Indra Thohir.
Cerita Indra Thohir Soal Perasaan Jadi Pelatih Persib hingga Kisah Bobotoh
Meski begitu, Indra Thohir tidak membayangkan akan keberhasilan Persib di tangannya. Awalnya, ia hanya menargetkan tim Maung Bandung bisa bersaing di level atas Perserikatan tahun 1994 dan Liga Indonesia 1995.
"Ketika itu, saya tidak berpikir hasilnya seperti ini. Persib itu gaung sepakbolanya luar biasa. Oleh karena itu, punya kebanggaan sendiri jadi pelatih Persib. Apalagi juara. Persib lebih banyak kedaerahannya. Menjadi tim kebanggaan Kota Bandung dan Jawa Barat," kata Indra Thohir.
Namun, bukan tidak mudah Indra Thohir melewati itu semua. Saat itu, ia juga merasakan tekanan yang sangat luar biasa. Terutama datang dari para pendukung tim Maung Bandung, Bobotoh.
"Bobotoh sudah ada dari dulu. Saya masih ingat, kalau Persib mainnya jelek. Mereka melewati rumah saya sambil berkata Persib jelek. Tekanan jadi pelatih Persib sangat tinggi dari dulu, hingga sekarang saya masih melihat tekanan itu," ungkap Indra Thohir.
Meski begitu, Indra Thohir beterima kasih kepada Bobotoh. Berkat mereka, ia dan Persib bisa berhasil merengkuh juara Perserikatan 1994 dan Liga Indonesia 1995.
"Persib bagian dari rakyat Jawa Barat. Bobotoh dulu itu punya kesadaran sendiri tanpa dikoordinasikan untuk berangkat ke stadion mendukung Persib. Semua risiko ditanggung masing-masing pribadi," kata Indra Thohir.
"Dari dulu bentrok-bentrok kecil antar suporter, utamanya Bobotoh dengan pendukung PSMS Medan atau pun Persija Jakarta sudah ada. Tapi, hanya sebatas di lapangan. Tidak ada nyawa melayang," lanjutnya.
Aktivitas Indra Thohir Saat Pensiun dari Persib
Indra Thohir akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri jadi pelatih Persib Bandung usai menjadi juara Liga Indonesia tahun 1995. Ia kembali meninggalkan Persib pada tahun 2012 dari posisi penasihat teknik tim Maung Bandung yang dinaungi PT Persib Bandung Bermartabat (PBB). Aktivitasnya diisi dengan berbagai kegiatan.
"Saya mengundurkan diri, bukan dipecat. Saya melatih klub sepakbola UPI. Saya sempat melatih tim Diklat Ragunan pada tahun 1996," kata Indra Thohir.
Tak hanya itu, Indra Thohir juga memiliki sejumlah aktivitas lainnya saat pensiun dari pelatih Persib. Ia meneruskan hobinya bermain golf dan mengajar di UPI.
"Main golf itu sudah saya tekuni sebelum ke Persib. Tahun 1977, permainan golf saya lumayan hebat bagi seorang pemain amatir. Saat pensiun dari pelatih kepala Persib, saya mendirikan klub golf bernama Golf Spirit Club bersama teman-teman. Tiga bulan sekali adakan kejuaraan. Sekarang teman-teman saya yang mengurus klub golf tersebut. Tapi, saya sesekali menengok dan bermain golf," ujar Indra Thohir.
"Saya juga mengajar sepakbola, golf, dan sofbol di UPI. Terakhir, saya pernah menjadi pelatih fisik untuk cabang olahraga golf Jawa Barat di PON 2016," tambahnya.
Selain golf, Indra Thohir juga memiliki hobi lainnya. Ia gemar mengoleksi benda-benda hotel yang pernah dikunjunginya untuk menginap dan korek api.
"Saya juga mempunyai hobi mengoleksi barang-barang hotel tempat saya menginap, baik bersama keluarga untuk liburan dan ketika dengan Persib. Saya koleksi sabun kamar mandi, sikat gigi, pokoknya barang-barang yang tidak dicari pihak hotel. Barang-barang kecil saja yang bisa dibawa pulang. Lalu saya juga koleksi korek api baik kayu atau bukan," lanjutnya.
Pesan Indra Thohir untuk Persib, Timnas, dan Sepakbola Indonesia
Meski begitu, Indra Thohir tetap memperhatikan Persib melalui layar kaca atau datang ke stadion sebagai penonton.
"Persib sekarang menuju level atas persepakbolaan nasional. Sama halnya seperti dulu. Sisi klub dan pemain sudah menjelma ke arah profesional. Mulai dari gaji hingga bisnis. Gambarannya memang ingin seperti Eropa. Semua klub dan sepakbola Indonesia ingin seperti itu," kata Indra Thohir.
"Namun, kita mesti ingat. Persib lahir dari pemain-pemain lokal. Saya berpesan kepada Persib, tingkatkan pemain dan pelatih lokal. Persib ini budaya Jawa Barat," tegasnya.
Indra Thohir juga berpesan untuk kemajuan Tim Nasional (Timnas) Indonesia dan sepakbola Tanah Air.
"Sepakbola Indonesia harus meningkatkan pemain-pemain lokal. Pembinaan usia muda dan akademi sepakbola di seluruh daerah. Penerapan naturalisasi belum tepat. Masih banyak yang timpang," kata Indra Thohir.
"Penerapan pemain lokal harus didasari latihan. Olahraga, termasuk sepakbola, kalau ingin berprestasi harus latihan terus-menerus. Saya yakin ke depannya Timnas dan sepakbola Indonesia maju. Masih banyak bakat-bakat pemain yang berlum tergali. Tata kelola sepakbolanya juga harus baik. Tidak mustahil kita dapat berprestasi," tutup Indra Thohir.