Profil Tim:
Klub sepakbola profesional milik Tentara Nasional Indonesia (TNI) memberi sinyal kebangkitan, serta isyarat kejutan saat tampil di ajang kompetisi Liga 1 musim ini. Sejumlah persiapan dan pembenahan tim telah dilakukan sejak jauh-jauh hari.
Sebagai tim muda yang baru terbentuk pada tahun 2015, PS TNI diyakini telah mengambil banyak pelajaran dari turnamen Indonesian Soccer Championship (ISC) 2016 lalu, di mana mereka harus finis di posisi buncit pada akhir klasemen.
Tak tanggung-tanggung, target tinggi pun telah mereka canangkan dalam bentuk tekad bulat menjadi juara pada kompetisi resmi perdana setelah Indonesia dijatuhi sanksi oleh induk sepakbola tertinggi dunia FIFA.
"Dengan adanya pertandingan ini, kami berharap PS TNI bisa juara pada kompetisi Liga 1 Indonesia," kata Panglima TNI, Jenderal Gatot Nurmantyo saat menghadiri launching tim di Stadion H Agus Salim.
Dari sisi materi pemain, PS TNI sangat percaya diri mengandalkan pemain muda binaan yang merupakan salah satu bentuk upaya membangun regenerasi, namun tetap didukung dengan kehadiran beberapa pemain senior baik lokal maupun asing.
Kekuatan materi pemain yang hampir merata di setiap lini diyakini akan semakin bertaji dengan kedatangan sosok pelatih asal Prancis, Laurent Hatton yang memiliki segudang pengalaman dalam melatih tim-tim Asia dan Eropa.
Pelatih: Laurent Hatton
Target tinggi yang dicanangkan oleh PS TNI tak main-main. The Army, julukan PS TNI yang sebelumnya kental dengan sentuhan pelatih lokal rela merogoh kocek dalam untuk mendatangkan pelatih anyar dari Prancis, Laurent Hatton.
Meski masih terdengar asing lantaran baru pertama kali mencicipi aroma sepakbola Indonesia, Hatton bukan pelatih sembarangan. Pria yang kini berusia 54 tahun ini memiliki rekam jejak yang terbilang lumayan di kawasan Asia.
Mengawali karier kepelatihan di negara asalnya, Prancis, bersama Pacy Sur Eure pada tahun 2001, Hatton dipercaya untuk menukangi tim muda asal Qatar, Al Khor selama tiga tahun, mulai dari 2002 hingga 2005.
Karier kepelatihan Hatton di Qatar terus berlanjut pada tahun 2005 ia dipercaya untuk menukangi Al-Rayyan, sebelum diangkat menjadi asisten pelatih Tim Senior Al-Gharafa satu tahun kemudian.
Sukses melanglang buana di Qatar, Hatton kembali ke negeri asalnya untuk kembali membesut Pacy Sur Eure selama empat tahun mulai tahun 2006 hingga 2007, sebelum berlabuh ke Rouen Quevilly pada tahun 2012.
Pengalaman Hatton sebagai pelatih tidak hanya mentok mengurusi klub. Hatton juga pernah dipercaya untuk menjadi asisten pelatih Timnas Guinea pada tahun 2015 di bawah komando pelatih blasteran Prancis-Spanyol yang sempat dikaitkan dengan Timnas Indonesia, Luis Fernandez.
Player to Watch: Abduh Lestaluhu
Pemain muda andalan Tim Nasional Indonesia di Piala AFF 2016 ini diyakini akan menjadi kunci permainan dari PS TNI dalam mengarungi kompetisi Gojek Traveloka Liga 1 musim ini.
Pemain kelahiran Tulehu 23 tahun silam ini diakui memiliki semangat juang dan loyalitas tinggi yang bisa ditularkan kepada rekan-rekan setimnya. Meski memiliki spesialisasi sebagai bek, mantan pemain Persija Jakarta ini memiliki daya jelajah tinggi.
Dengan usianya yang terbilang muda, Abduh memiliki bekal tenaga ekstra untuk mengeksplorasi setiap jengkal area lapangan, bahkan jika harus bermanuver membantu serangan hingga ke garis depan.
Skuat Sementara PS TNI
Kiper: Dhika Bhayangkara, Teguh Amirudin, Ravi Murdianto, Syahrul Fadil.
Belakang: Abduh Lestaluhu, Ganjar Mukti, Aboubakar Leo, Rinto Ali, M.Kasim Slamat, Wanda Syahputra, Andy Setyo, Dani Pratama.
Tengah: Manahati Lehtusen, Wawan Febrianto, Abuubakar Iyonga, Erwin Ramdhani, Alwi Slamat, Irfandi, Agi Munawar, Gustur Cahyo, Roni Sugeng.
Depan: Guntur Triaji, Ahmad Noviandani, Steven Imbiri, Yogi Novrian, Sansan Fauzi.
Prediksi:
Melihat dari semangat yang diusung dan komposisi pemain yang ada, The Army diyakini bakal tampil penuh kejutan, dengan memberikan ledakan-ledakan tak terduga di setiap pertandingan, serta berpotensi menjadi batu sandungan bagi tim-tim besar.
Kehadiran pelatih asing, Laurent Hatton diyakini akan memberi aura positif bagi Manahati Lestusen dan kolega, setidaknya untuk memperbaiki prestasi terakhir yang mereka raih pada gelaran ISC 2016 lalu.
Finis di urutan tengah klasemen pada akhir musim bisa menjadi capaian logis yang mungkin bisa dicapai oleh The Army dengan segala ledakan dan kejutan yang berpotensi mereka munculkan.