Sepakbola Indonesia tengah menuju ke arah perkembangan yang lebih baik. Pelan-pelan, dunia si kulit bundar di Tanah Air terus mendapat perhatian serius dan langkah itu selalu dimulai dari geliat sepakbola di daerah-daerah.
Jika Indra Sjafri punya metode blusukan ke penjuru negeri untuk mencari bibit-bibit pesepakbola muda terbaik dalam membangun Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-19, tak jauh berbeda halnya dengan Bupati Boyolali, Seno Samodro, yang memiliki mimpi besar dalam dunia sepakbola.
Meski Seno Samodro bukanlah sosok pelatih atau pelaku sepakbola di atas lapangan, namun ia punya ambisi untuk membangun dunia si kulit bundar di Boyolali. Tak tanggung-tanggung, Seno ingin daerahnya punya stadion berstandar internasional dan didatangi klub-klub top Eropa.
Untuk mencapai hal itu, Seno akan lebih dulu merobohkan stadion di Boyolali, Stadion Sonolayu yang berada di tengah kota dan menggantinya dengan pusat belanja (mal) serta hotel. Lalu, stadion baru nantinya akan dibangun di kaki Gunung Merapi.
Robohkan Stadion Sonolayu
“Stadion itu nanti dihancurkan, jadi mal dan hotel. Stadion saya pindah kira-kira lima kilometer dari kota,” kata Seno Samodro seperti dilansir Tempo, Minggu (16/07/17).
Nantinya di lokasi Stadion Sonolayu yang bakal dihancurkan itu, akan ada bangunan empat mal dan lima hotel. Terkait hal itu, Seno mengklaim sudah membuat nota kesepahaman atau memorandum of understanding (Mou) dengan pihak investor.
Berdasarkan hitung-hitungan, Seno menjelaskan bahwa nilai investasi tiap satu mal atau hotel baru tersebut mencapai sekitar Rp300 miliar atau sekitar Rp2,4 triliun. Pusat belanja dan hotel tersebut akan dibangun secara bertahap mulai tahun ini.
“Kita tunggu saja. Yang penting kami sebagai pemerintah memfasilitasi dan mempermudah perizinannya,” sambung Bupati Boyolali yang menjabat dua periode sejak 2010 sampai 2021 itu.
Baca Juga: |
---|
Sayangnya, Seno sendiri belum bersedia mengungkapkan identitas investor tersebut maupun lokasi mana saja yang telah dipilih selain Stadion Sonolayu. Seno sendiri selalu merahasiakan lokasi investasi dengan alasan untuk menghindari para spekulan tanah.
“Kalau saya buka lokasinya, kamu nanti suruh temanmu segera beli tanah di sana dengan harga murah. Kok enak, tidak kerja apa-apa dapat untung banyak,” kata Seno.
Bangun Stadion Standar Internasional di Kaki Gunung Merapi
Sebagai pengganti Stadion Sonolayu, Seno akan membangun stadion berstandar internasional dalam skala kecil di wilayah Kecamatan Cepogo, yang berada di ketinggian 1.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Seno punya alasan tersendiri membangun stadion di wilayah yang terbilang tinggi itu.
Alasan Seno memilih lokasi stadion baru di dataran tinggi itu terinspirasi oleh Stadion Hernando Siles di La Paz, Bolivia, yang berada di ketinggian 3.637 mdpl. Karena sudah terbiasa berlatih di stadion yang tipis asupan oksigennya, tim sepak bola nasional Bolivia pernah menaklukkan Timnas Brasil dan Argentina dengan skor telak.
“Saya punya mimpi Persebi (Persatuan Sepakbola Indonesia Boyolali) bisa mengalahkan PSSI di stadion baru itu,” tambah Seno.
Stadion di Cepogo yang rencananya mulai dibangun pada 2018 dengan anggaran sekitar Rp30 miliar itu juga diharapkan bisa memecahkan rekor sebagai stadion tertinggi di Indonesia. Karena sejauh ini, sebagian besar stadion di Tanah Air berada di wilayah dataran rendah.
Gandeng Barcelona dan Chelsea
Menariknya, di balik mimpi-mimpi besar itu, Seno menyisipkan sebuah agenda bisnis dalam rencana pembangunan stadion baru itu. Yang jelas, Seno ingin mengembangkan sepakbola Boyolali dengan melibatkan klub-klub seperti Barcelona dan Chelsea.
“Saya sedang menyiapkan proposal untuk klub-klub sepakbola top di Eropa, seperti Ajax, Barcelona, dan Chelsea. Saya ingin bertemu mereka di Singapura,” kata Seno yang mengaku pernah menjadi jurnalis selama 13 tahun di Paris, Prancis, untuk salah satu tabloid olahraga nasional.
Dalam proposal tersebut, Seno akan mengajukan penawaran kerja sama mendirikan akademi sepakbola. Skemanya, Kabupaten Boyolali yang membangun stadion dan salah satu klub sepakbola dari Eropa yang menyediakan pelatihnya.
“Beri saya lima pelatih untuk pemain usia 8 tahun, 10 tahun, 12 tahun, 16 tahun, dan 18 tahun. Pelatih itu biar digaji klubnya. Kami yang menyediakan stadion. Nanti diberi nama Football Academy of Chelsea, atau Barca, atau klub mana yang sudah deal,” beber Seno.
Menurut Kepala Bidang Penanaman Modal Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Boyolali Eko Nugroho, Seno memiliki banyak terobosan untuk mendatangkan investor ke Boyolali.
“Kancahnya Pak Bupati tidak hanya nasional, tapi internasional. Tahun pertama dia menjabat, investasi di Boyolali hanya tercatat sekitar Rp72 miliar. Pada 2016 sudah hampir Rp 8 triliun,” jelas Eko Nugroho.
Ambisi Seno Samodro untuk mulai mengembangkan sepakbola Boyolali dari usia dini pun rasanya patut diapresiasi. Apalagi Seno siap menghadirkan fasilitas seperti standar internasional sebagai medium pendukung.
Mimpi besar Seno tersebut mengingatkan kita dengan apa yang pernah dibangun oleh Tom Byer di Jepang. Tom Byer sendiri merupakan mantan pesepakbola profesional yang berasal dari New York dan sekarang menetap di Tokyo. Ia dikenal sebagai salah satu pelatih sepakbola akar rumput terbaik dan dikagumi di kawasan Asia.
“Pada akhirnya memang sepakbola kerap berbicara soal uang, dan itu berlaku di seluruh dunia,” kata Tom Byer, soal pengembangan sepakbola usia dini.
“Tapi tidak ada jalan pintas menjadi negara sepakbola yang tangguh. Harus dimulai sejak usia dini. Sangat sedikit uang yang mengalir di level akar rumput dan pada akhirnya semua tergantung kualitas kepelatihan,” jelasnya.