Kepindahan Federico Bernardeschi menjadi kejutan transfer Serie A Italia musim ini setelah Leonardo Bonucci. Ada dua hal yang membuat publik sepakbola Italia tak menyangka suksesnya operasi transfer ini.
Pertama, soal strategi transfer Juventus yang dikenal 'pelit', jika tak ingin dibilang secara umum sebagai perhitungan matang. Bisa dilihat bagaimana Douglas Costa yang merapat sebagai pemain pinjaman.
Padahal, sebelumnya Bayern Munchen sebagai pemilik Costa sudah mengikhlaskan dengan mahar 45 juta euro (Rp699 miliar). Sebuah angka yang sebenarnya bisa ditebus Juventus usai menjual Bonucci sebesar 40 juta euro (Rp621 miliar).
Kedua, soal rivalitas Fiorentina dan Juventus yang sudah menjadi bebuyutan sejak tahun 1982. La Viola, julukan Fiorentina, masih tak terima dongkelan Juventus saat itu yang membuat mereka gagal meraih scudetto.
Belum lagi kerpergian Roberto Baggio, bagian penting dari Fiorentina pada periode 1985-1991. Kepergian Baggio membuat seisi Firenze mencekam.
Kemarahan pendukung berbuah teror dari pendukung yang membuat kerusakan di ruang publik. Hal ini berlangsung hingga pemerintah Firenze ikut turun tangan.
Belakangan, kepindahan Bernardeschi dianggap sebagai pemberontakan besar kedua setelah Baggio. Hal yang diterima secara penuh oleh publik Firenze pasca pembelotan Baggio 27 tahun silam.
Tapi nampaknya, para pendukung La Viola tak perlu gusar dengan kepindahan pemain berusia 23 tahun ini. Beberapa hal yang coba disajikan INDOSPORT mencoba menegaskan bahwa Bernardeschi belum pada level level Baggio.
Berikut ulasannya: