Mega transfer yang dilakukan Paris Saint-Germain demi mendatangkan Neymar, menuai kritik dari para pelaku sepakbola. Kali ini sentilan datang dari pelatih Arsenal, Arsene Wenger, yang menyatakan transfer semacam itu akan membuat klubnya sulit bersaing secara finansial.
Neymar digandeng klub raksasa Ligue 1 Prancis dengan mahar pemecah rekor bernilai 222 juta euro, atau senilai Rp3,4 triliun. Pemain 25 tahun ini juga diiming-imingi gaji 520 ribu poundsterling, atau sekitar 9,1 miliar per pekannya.
Wenger pun menilai transfer ini sebagai efek jika "sebuah negara" membeli klub sepakbola sendiri. Sebagai informasi, Presiden PSG adalah pebisnis Qatar, Nasser Al-Khelaifi, dan dibiayai oleh Oryx Qatar Sports Investments.
"Sekali sebuah negara punya klub sepakbola, segalanya menjadi mungkin dan sangat sulit untuk menghormati Financial Fair Play. Kami masih hidup dengan rasionalitas. Kami bukan satu-satunya. Saya rasa 99 persen klub melakukannya, tapi tentu saja kami tak bisa bersaing di level itu," tutur Wenger, seperti dikutip Mirror.
"Kita melewati batas 100 juta pounds tahun lalu dan hanya satu tahun setelahnya, kita melewati batas 200 juta pounds. Saat Anda ingat Trevor Francis menjadi pemain berharga satu juta pounds pertama dan itu terasa tak masuk akal, itu menunjukkan jauhnya jarak dengan kita saat ini, betapa besar sepakbola sekarang. Itu sudah di luar perhitungan dan tak masuk akal," imbuhnya.
"Inilah sebabnya saya selalu memohon agar sepak bola bisa hidup sesuai dengan kemampuannya. Harga yang sekarang sebanding dengan bola basket NBA. Mereka berada di luar konteks dengan masyarakat," tambah pelatih 67 tahun ini, dalam wawancara setelah sesi latihan Arsenal di Emirates Stadium.
Sebelum transfer Neymar diresmikan, Asosiasi Sepakbola Spanyol, La Liga (LFP), dikabarkan telah menolak aktivitas transfer tersebut. Sebabnya, kontrak Neymar di Camp Nou masih menyisakan masalah, yakni soal pajak dan pencucian uang, belum lagi terkait jumlah yang melanggar Financial Fair Play.