Rasisme menjadi bagian yang paling dikutuk seluruh umat manusia. Rasisme sendiri merupakan pemahaman yang menganggap perbedaan biologis manusia menentukan bahwa suatu ras tertentu memiliki nilai yang lebih tinggi dari ras yang lain. Rasisme pada akhirnya menjadi jalan bagi sekelompok orang untuk melakukan tindakan diluar kemanusian seperti diskriminasi sosial, kekerasan, pembunuhan bahkan juga genosida.
Kasus rasisme saat ini pada faktanya sudah menembus semua bidang kehidupan tak terkecuali di sepakbola. Para bintang dunia seperti Samuel Eto'o, Mario Balotelli, Kevin Prince Boateng, Dani Alves, serta Didier Zokora merupakan segelintir pemain yang pernah merasakan sakitnya diperlakukan rasis.
Salah satu mantan Timnas Rwanda, Eric Eugene Murangwa memiliki pengalaman yang sangat tragis berkaitan dengan rasisme. Ia bahkan pernah hampir disembelih namun akhirnya berhasil selamat. Kejadian tersebut terjadi pada kisaran 1990-an. Saat itu Rwanda memang tengah berada dalam konflik etnis yang menyebakan adanya pembantaian terhadap 800.000 suku Tutsi dan Hutu moderat oleh sekelompok ekstremis Hutu yang dikenal sebagai Interahamwe.
Dikutip dari theguardian, Eric Eugène Murangwa saat itu sedang berada di rumahnya sebelum pasukan pemberontak mendatangi rumahnya. Ia kemudian disuruh untuk telungkup di lantai sambil diteriaki. Ia hampir saja dibunuh saat itu. Ia sudah berteriak dan menyatakan diri bahwa ia merupakan seorang pemain sepakbola. Namun sang tentara membantahnya dan semakin menyerang dirinya.
Disaat ia hampir saja dieksekusi, beruntunglah ia karena saat itu tentara lain yang sedang menggeledah rumahnya menemukan album foto. Salah satu anggota pasukan pemberontak menemukan foto dirinya bersama rekan-rekannya yang di klub Rayon Sport, salah satu klub lokal di Rwanda. Sang prajurit yang ternyata mengenal dirinya pun kaget. "Apakah kamu Toto?" tanya sang Prajurit pada Murangwa. Toto artinya "Bocah ajaib" dalam bahasa Swahili, adalah julukan bagi Murangwa yang merupakan penjaga gawang tim tersebut. "Ya itu saya" jawab Murangwa.
Usut punya usut, ternyata sang prajurit adalah penggemar sepakbola dan mengenali Murangwa. Murangwa bersama salah seorang teman serumahnya yang juga merupakan pemain sepakbola klub Rayon Sport akhirnya berhasil selamat. Murangwa mengenang dengan pedih kejadian tersebut yang terjadi pada 07 April 1994. Murangwa yang juga menjadi kapten Timnas Rwanda beserta rekannya itu beruntung selamat karena sepakbola. Namun ratusan ribu warga Rwanda termasuk saudara-saudaranya pada akhirnya binasa akibat genoisida yang mengerikan tersebut.
- Kutip Kata Bijak Nabi Muhammad SAW, Suporter Klub Ini Serukan Anti-Rasis di Sepakbola
- Ajak Perdamaian, Ronaldo Naik Tank di Tengah Masyarakat Haiti
- Pemain Lontarkan Candaan Rasis Saat di China, Chelsea Minta Maaf
- Lawan Rasisme, Wasit Dapat Berhentikan Jalannya Pertandingan
- Kerap Berlaku Rasis, FAM dan Ultras Malaysia Berikrar Damai
- Jelang Final NBA, James Jadi Korban Rasisme
Eric Eugene Murangwa, saat ini mendirikan sebuah organisasi bernama Survivors Tribune. Organisasi ini bekerja untuk memberikan edukasi kepada anak-anak, mahasiswa maupun masyarakat untuk pentingnya melawan isu kebencian, diskriminasi, rasisme, perang, dan genosida. Pengalaman yang tragis yang dimiliki oleh Murangwa menjadi motivasi dan pembelajaran bagaimana kebencian bisa menghancurkan segalanya.
Rasisme merupakan hal yang harus dihindari oleh para penggemar sepakbola. Sebagai masyarakat yang terdidik kita tidak boleh lagi menganggap orang yang berbeda dengan kita baik secara ras, suku, agama, etnis dan lain-lain sebagai musuh. Karena pada hakekatnya kita adalah sesama manusia.