Ajang SEA Games 2017 dan Piala AFF U-18 membuktikan bahwa Indonesia tak pernah kehabisan stok pemain muda dengan bakat-bakat yang luar biasa. Jika ukurannya prestasi, Timnas U-22 yang hanya meraih medali perunggu di SEA Games 2017 memang bisa disebut gagal karena tidak mencapai target. Begitu pula dengan Timnas U-19 yang hanya bisa meraih peringkat ketiga di ajang Piala AFF U-18.
Tapi, ukuran kesuksesan sebuah tim tentu tak bisa selalu dilihat dari hasil akhir. Terlebih hal yang paling utama dalam pembinaan pemain usia muda adalah pengembangan kemampuan dan mental bertanding. Inilah yang dilakukan oleh pelatih Timnas U-19, Indra Sjafri, sepanjang mendampingi skuatnya di ajang Piala AFF U- 18.
Dari 23 pemain yang dibawa ke Myanmar, rata-rata punya menit bermain di atas 30 menit. Rotasi yang dilakukan Indra Sjafri bertujuan agar seluruh pemain punya kesempatan yang sama dalam mendapatkan pengalaman bertanding. Praktis hanya kiper ketiga, Gianluca Pagliuca Rossy, yang belum mendapat kesempatan tampil di ajang tersebut.
“Saya bahagia, hampir semua pemain kami mainkan di turnamen ini minus Rossy. Bisa kita lihat tidak ada perbedaan, kualitas hampir sama di tim kita. Ini penting karena kami menyiapkan generasi baru individu-individu pemain untuk Timnas selanjutnya," ucap Indra, Minggu (17/09/17).
Dari penampilan dua Timnas usia muda yang dimiliki Indonesia itu, mulai terlihat wujud Timnas Indonesia di masa depan. Setiap posisi dipastikan diisi oleh pemain-pemain dengan talenta terbaik.
Untuk posisi kiper rasanya pantas diberikan kepada Satria Tama. Penampilan gemilangnya sepanjang SEA Games 2017 mengalahkan semua kiper muda yang ada di dua tim tersebut. Sebagai cadangan bisa dimasukkan Kurniawan Kartika Aji dan Muhammad Riyandi yang juga tak kalah cemerlang bersama Timnas U-19 sebelum mengalami cedera.
Di lini pertahanan, duet Hansamu Yama dan Rachmat Irianto bakal jadi jaminan ketenangan bagi para kiper. Ketenangan dan visi bermain keduanya sudah teruji dalam dua event yang diikuti. Sementara untuk posisi bek sayap rasanya tak ada yang bisa menyaingi Putu Gede dan Rezaldi Hehanusa. Di posisi pelapis ada Ricky Fajrin, M. Rifad Marasabessy, Samuel Christianson, dan Nurhidayat Haris.
Di lini tengah pemain yang tak bisa tergantikan tentu saja Evan Dimas. Pemain asal Bhayangkara FC ini punya visi yang tajam sebagai seorang playmaker. Terbukti penampilan Timnas U-22 menjadi kurang gereget ketika Evan Dimas tak bisa dimainkan di laga versus Vietnam di SEA Games lalu.
Pendamping Evan Dimas akan pas diberikan kepada M Lutfi Kamal yang tampil solid di PIala AFF U-18. Keduanya diperkuat dua pemain sayap bertalenta tinggi seperti Septian David Maulana dan Febri Hariyadi. Sebagai pelapis bisa memberi kesempatan bagi Hanif Abdurrauf Sjahbandi, Osvaldo Hay, Muhammad Iqbal, dan Feby Eka Putra.
Untuk lini depan, para pemain timnas U-22 tampaknya harus merelakan dua posisi penyerang kepada penggawa Timnas U-19. Keduanya adalah Egy Maulana Vikri dan Muhammad Rafli Mursalim. Ketajaman Egy dan Rafli sudah terbukti di ajang Piala AFF U-18. Egy menjadi top skorer dengan koleksi 8 gol, sementara Rafli mengikuti dengan 6 gol.
Naluri mencetak gol Egy dan Rafli didukung oleh kecepatan keduanya yang memang sangat mumpuni. Apalagi Egy yang kerap meliuk-liuk hingga membuat pemain bertahan lawan harus menghentikannya dengan melakukan pelanggaran. Marinus bisa menjadi pilihan berikutnya, bergantung strategi yang diterapkan.
Dengan komposisi pemain seperti ini seharusnya Timnas Indonesia bisa berbicara lebih lantang dan kembali menjadi Macan Asia.