Skandal korupsi kembali menimpa salah satu pelaku sepakbola dunia. Kali ini, nama Presiden AS Monaco, Dmitry Rybolovlev, tengah berada di pusaran kasus korupsi yang disebut media Prancis sebagai "Monacogate".
Miliuner asal Rusia ini harus angkat kaki sepenuhnya dari Monaco, sebagaimana pihak berwajib setempat membuatnya berstatus persona non grata atau tak diterima lagi. Pada 22 September lalu, pihak berwenang Monaco menuntutnya atas kasus penyuapan terhadap pihak berwajib dan sejumlah polisi berpangkat tinggi.
Rybolovlev bahkan menyeret nama Menteri Kehakiman Monaco, Philippe Narmino, guna membantunya untuk memburu kolektor seni asal Swiss, Yves Bouvier. Bouvier diduga telah mencurangi Rybolovlev terkait sejumlah penjualan karya-karya seni bernilai tinggi seperti lukisan Leonardo da Vinci, Pablo Picasso, dan Van Gogh.
Pengusaha tambang berusia 50 tahun itu kini diketahui tengah berada di Los Angeles, Amerika Serikat. Namun dengan status persona non grata yang diterimanya, ia terancam tak bisa kembali ke Monaco. Bahkan pihak Kerajaan Monaco yang juga memiliki saham di klub, sudah memutuskan kontak sama sekali dengan Rybolovlev.
Nama Rybolovlev sebetulnya menjadi sosok yang paling berjasa dalam menangani klub berjuluk Les Monegasques tersebut. Sejak diambil alih oleh sang miliuner pada 2011, AS Monaco mendapat suntikan dana segar hingga 300 juta euro, atau sekitar Rp4,7 triliun.
Saat diambil alih, Monaco berada di dasar klasemen Ligue 2. Dengan sokongan dana, perlahan klubnya mampu naik kasta ke Ligue 1 pada musim 2012/13.
Ia bahkan berhasil merayu pemain sebeken Radamel Falcao dan James Rodriguez untuk berseragam Monaco. Hingga akhirnya, Monaco menjadi kampiun Ligue 1 untuk pertama kalinya dalam 17 tahun, pada musim 2016/17 kemarin.