3 Faktor Carlo Ancelotti Layak Kembali Melatih AC Milan
Seperti diuraikan di sub artikel sebelumnya, Ancelotti datang ke San Siro saat kondisi Milan tengah memprihatinkan. Sukses mengantar Andriy Shevchenko cs berjaya, ia pamit memilih pinangan Chelsea.
Kala itu, Ancelotti seakan membangunkan raksasa yang tertidur dengan perencanaan dan pemahaman strategi serta taktik yang fantastis. Memiliki Thomas Helveg, Demetrio Albertini, Gennaro Gattuso, Jose Mari, Andrea Pirlo, Cosmin Contra, Massimo Ambrosini, Umit Davala, Serginho, Fernando Redondo, dan masih banyak lagi pemain top lainnya, Ancelotti tinggal menerapkan pola apa yang pas.
Benar saja, ia menciptakan rumus baru di dunia sepakbola dengan formasi 4-3-1-2 atau 4-1-2-1-2 yang lebih dikenal dengan nama 4-4-2 berlian. Sejumlah pemain baru kemudian berhasil didatangkan, sebut saja Kaka, Alessandro Nesta sampai Cafu, sehingga makin mantap saja performa gila Milan saat itu.
Ditinggal Shevchenko ke Chelsea pada tahun 2006, Ancelotti mau tak mau harus mengubah formasi dan strategi. Untuk kesekiankalinya, ia menemukan pakem baru dengan istilah formasi pohon cemara, yakni 4-3-2-1.
Ia dengan cerdik menempatkan Filippo Inzaghi sebagai lone striker, ditopang oleh Kaka dan Clerence Seedorf sebagai gelandang serang. Hebatnya, meski sempat mendapat pengurangan poin sebanyak 8 akibat calciopoli, Ancelotti tahu mana yang jadi prioritas: Liga Champions dan Coppa Italia.
Masih di musim 2006/07, Milan sukses meraih gelar Liga Champions, membalaskan dendam atas Liverpool dua musim sebelumnya. Tak cuma itu, mereka juga berhasil mengalahkan AS Roma di final Coppa Italia.
Intinya adalah, bahwa dengan skuat yang tidak semewah sekarang saja Ancelotti bisa mengembalikkan kejayaan, apalagi dengan skuat sekarang. Pepraudan tua muda bisa menjadi senjata ampuh, entah dengan pakem atau jurus apa lagi Ancelotti andai menukangi Milan.
Terlebih, dalam sebuah voting, sudah banyak warganet yang berharap agar Ancelotti segera gantikan Montella.