Liga 1

Catatan Akhir Liga 1: 5 Eks Premier League di Indonesia

Kamis, 5 Oktober 2017 17:20 WIB
Editor: Gregah Nurikhsani Estuning
© Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Kiri-kanan: Peter Odemwingie, Mohamed Sissoko, dan Michael Essien. Copyright: © Grafis: Eli Suhaeli/INDOSPORT
Kiri-kanan: Peter Odemwingie, Mohamed Sissoko, dan Michael Essien.

Lima mantan pemain Liga Primer Inggris terbang ke Indonesia untuk berlaga di kompetisi Gojek Traveloka Liga 1 musim 2017. Dalam waktu beberapa minggu saja saat itu antara Maret dan April, Michael Essien, Carlton Cole, Peter Odemwingie, Mohamed Sissoko dan Didier Zokora berbondong-bondong mendarat di Asia Tenggara, di mana dua di antaranya kini telah dikirim balik, satu menjadi pahlawan, sisanya masih harus buktikan kelasnya.

Indonesia terbilang jarang mendatangkan 'nama-nama besar'. Pernah ada Lee Hendrie dan Marcus Bent, jebolan Liga Primer Inggris, yang datang di tengah-tengah mandeknya prestasi dan kekisruhan internal sepakbola Tanah Air. Jauh sebelumnya, Mario Kempes dan Roger Milla membuat nama Indonesia 'muncul di peta dunia' lagi, meramaikan Liga Indonesia.

Kenyataannya, dalam belasan tahun terakhir, mimpi pecinta sepakbola Indonesia untuk melihat negaranya berprestasi tidak sebesar kisah carut-marut sepakbola itu sendiri. Tahun 2015 misalnya, FIFA harus memberikan sanksi kepada Indonesia karena intervensi pemerintah. Alhasil, Liga Indonesia mati suri, ada kompetisi, tapi tidak diakui.

Tahun 2003, Nurdin Halid, Ketua Umum PSSI kala itu, dipenjarakan karena kasus korupsi yang membelitnya, disusul dengan dualisme kepemimpinan, dualisme kompetisi, bahkan dualisme klub. Edan!

Menariknya, hal tersebut tak sama sekali menyusutkan niat sejumlah pemain asing untuk merumput di Indonesia. Iming-iming loyalitas suporter dan keindahan serta keeksotisan alam menjadi senjata ampuh untuk menerbangkan legiun-legiun asing ke Tanah Air.

Di Indonesia, 'honeymoon' adanya di pantai, bukan di lapangan sepakbola.

Sekalinya pemain asing muncul di pemberitaan skala internasional, malah kisah sedih Diego Mendieta yang meninggal karena tak digaji oleh salah satu klub Indonesia.

Soal iming-iming loyalitas dan totalitas suporter, tidaklah salah. Tapi ironisnya, dinukil dari The Guardian, Indonesia berada di posisi ke-54 dalam hal kekerasan sepakbola, mulai dari catatan insiden bentrok sampai kematian tahun 90-an. Bukannya diperbaiki, dalam lima tahun belakangan 'naik peringkat' ke angka 36. Di Indonesia, 'honeymoon' adanya di pantai, bukan di lapangan sepakbola.

Apapun itu, sepakbola Indonesia tetap menjadi magnet tersendiri bagi legiun asing, tak terkecuali mantan penghias Liga Primer Inggris yang telah disebutkan di awal tadi. Motivasinya mungkin agar tetap bisa berkarier di lapangan sepakbola. Mendekati akhir kompetisi, INDOSPORT mencoba untuk menceritakan kembali karier mereka di Liga 1. Berikut ulasannya:

694