Rencana untuk mengenalkan teknologi video assistant referees (VAR) dalam putaran final Piala Dunia 2018 nanti nampaknya mendapat penolakan dari tiga negara di Eropa. Ketiga negara yang tak menyetujui penggunaan teknologi bantuan video untuk membantu wasit itu adalah Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara.
Kepala asosiasi sepakbola Wales, Jonathan Ford memperingatkan bahwa penerapan teknologi tersebut dalam putaran Piala Dunia 2018 nanti akan berbahaya dan berisiko tinggi jika akan terus tetap digunakan.
Sebaliknya, Presiden FIFA Gianni Infantino justru terus mendorong penggunaan VAR yang akan digunakan untuk membantu wasit dalam mengambil keputusan dalam pertandingan di Piala Dunia nanti. Di samping keputusannya itu, Infantino terus mendapatkan kritik dan penolakan atas penggunaan teknologi tersebut, menyusul serangkaian masalah kontroversial baru lainnya di seluruh dunia.
Dewan asosiasi sepakbola internasional akan membahas masalah ini dalam pertemuan bisnis pada Desember mendatang sebelum memberikan pengambilan suara untuk proposal Piala Dunia yang dilakukan pada Maret nanti.
Terdapat delapan anggota Dewan Internasional, dan empat negara berasal dari asosiasi sepakbola Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlandia Utara. Setidaknya harus terdapat enam anggota dewan yang memilih sebelum perubahan peraturan untuk Piala Dunia 2018 nanti akan diperkenalkan jelang pertandingan.
"Untuk penggunaan VAR dalam putaran final Piala Duia akan benar-benar sangat berbahaya," ujar Ford. "Strategi ini akan berisiko tinggi jika berjalan tidak sesuai rencana nantinya di Rusia dan harus dirombak setelahnya."
Infantino sendiri, menurut Ford, pada masa jabatannya ingin membuat perubahan dalam Piala Dunia dan terus mendorongkan gagasannya itu sejak pertemuan antar dewan pertamanya tahun lalu.
Beberapa negara termuka seperti Jerman, Italia, Prancis, dan Amerika Serikat telah melakukan uji coba dalam penerapan VAR dalam laga sepakbola di negara mereka.
VAR pertama kali digunakan di Piala Dunia di Jepang. Bos Real Madrid, Zinedine Zidane sendiri bahkan menyebut teknologi bantuan tersebut sebagai sumber masalah dalam pertandingan sepakbola. Teknologi ini memang hanya bisa digunakan untuk mengatur tujuan, keputusan atas penalti, kartu merah, serta sejumlah kasus yang diakibatkan atas kekeliruan atau kesalahan teknis.