Kekalahan 0-1 dari PSBK Blitar, benar-benar membuat Persewangi meradang luar dalam. Tim yang bermarkas di Stadion Diponegoro Banyuwangi itu seperti sudah dizalimi secara sempurna oleh pihak operator Liga 2, dalam hal ini PT Liga Indonesia Baru.
Jelang persiapan laga kontra PSCS Cilacap, Senin (09/10/17) kemarin, manajemen tiba-tiba mendapat surat ajaib berupa laga play-off berlabel "khusus" kontra PSBK Blitar. Hal ini lantaran kedua tim masih menyisakan "noda" dalam hal head to head maupun selisih gol.
"Kami dipaksa, mau tidak mau harus bermain. Tapi bukan sesuai jadwal sebelumnya. Kami mencium, sepertinya ada upaya yang ingin kami gagal masuk play-off," tandas Hari Wijaya, manajer Persiwangi, Selasa (10/10/17). "Kami melakukan banding, tapi tidak ditanggapi.Lalu selama pertandingan, teman-teman media tahu sendiri wasitnya seperti apa."
Lantaran status pertandingan yang sudah tak jelas, hawa panas pun sudah muncul sejak awal. Adu tonjok dan saling tendang pun tersaji dengan mudah. Hingga menyebabkan hujan lima kartu kuning dan tiga kartu merah.
Bahkan mungkin Suhardiyanto mencatat rekor kartu tercepat di sepakbola tanah air. Laga baru berjalan 26 detik, wasit asal Muara Enim itu memberi kartu kuning kepada Didik Ariyanto akibat pelanggaran brutal dengan menabrak Kapten PSBK. Berlanjut, winger Persewangi itu diganjar kartu merah di menit ketiga.
"Ini sudah sangat aneh. Tiga menit, sudah kartu merah untuk pemain kami. Saya minta ganti wasit, tapi tidak digubris," papar Hari Wijaya.
Sakit hati Persewangi pun makin menjadi setelah tertinggal dari PSBK, lewat gol Prisma Chairul Anwar di menit 69. Dua kali Trubus Gunawan dkk memprotes putusan wasit, yaitu satu penalti akibat handsball dan pelanggaran keras yang dekat kotak penalti. Tapi tidak digubris.
"Itu sudah jelas ada upaya wasit memenangkan PSBK. Kalau dari awal sudah ditentukan seperti itu, kita tidak akan bisa menang," pungkas Hari.