Persewangi Banyuwangi dibuat naik darah usai mendapati kalah 0-1 dalam laga play-off kontra PSBK Blitar, kemarin sore. Bukan perkara gol lawan yang dibukukan Prisma C. Anwar di menit 69, namun pihak Persewangi menyoroti kinerja wasit. Suhardiyanto yang bertugas memimpin laga berlabel "khusus" itu, dituding tak becus dalam menegakkan fair play.
Tim berjulukan Laskar Blambangan itu sangat tidak puas dengan kinerja pengadil lapangan hijau asal Muara Enim, Sumatera Selatan itu.
"Begitu ada kartu merah di menit ketiga, kami sudah ajukan ganti wasit. Tapi PP (Pengawas Pertandingan) tidak menanggapinya," papar Manajer tim, Hari Wijaya usai pertandingan.
"Banyak keributan, wasit seperti ketakutan sendiri. Kami protes malah dia lari. Padahal kalau dia benar, ngapain juga dia menghindar?," Bagong Iswahyudi menimpali.
Keluhan Pelatih Persewangi itu memang begitu lirih, lantaran terdapat sejumlah keganjalan dari wasit. Salah satu ketimpangan cara memimpin Suhardiyanto adalah dengan mengobral kartu.
Dalam laga yang terhenti di menit 85 itu, wasit memang mengobral kartu. Persewangi sendiri dijerat empat kali kartu kuning, belum termasuk kartu kuning kedua yang berujung dua kartu merah. Sedangkan PSBK hanya dikenai masing-masing satu kartu kuning dan kartu merah langsung.
"Soal kartu merah pertama (di menit ke-3), itu kan lucu. Pemain kami yang dipukul, tapi kena kartu merah. Kami sekali melanggar, sudah kartu. Sedangkan PSBK dibiarkan saja (ketika melakukan pelanggaran)," ucapnya.
Pertandingan yang memperebutkan selembar tiket play-off di Grup H itu memang tidak berjalan lancar dan terhenti hingga lebih dari lima kali. Bahkan bisa dibilang, sekitar 20% pertandingan adalah permainan sepakbola, sedangkan sisanya diisi adu tinju dan karate.
"Kalau begini caranya, saya sudah tidak percaya lagi kepada wasit. Kenapa itu dia lari kalau dia benar mengambil keputusan?," tutur Nanda Pradana.
"Dan soal emosi pemain, saya sebagai kapten tim juga tidak bisa mengendalikan," imbuh kiper senior Persewangi tersebut.