Kekecewaan demi kekecewaan terus disuarakan Persewangi Banyuwangi terhadap PSSI selaku federasi sepakbola tertinggi di Indonesia. Dalam hal ini PT Liga Indonesia Baru sebaga operator kompetisi Liga 2 musim ini yang paling ditekankan oleh klub asal Jawa Timur tersebut..
Persewangi yang sejatinya bersiap menjalani babak play-off Grup H kontra PSCS Cilacap, Senin (09/10/17), malah dikejutkan dengan adanya laga penentuan melawan PSBK Blitar. Hal itu lantaran banding yang dilakukan PSBK atas perhitungan head to head, dikabulkan oleh Komisi Disiplin (Komdis) PSSI.
Awalnya, Persewangi mengisi satu slot babak play-off Grup H bersama PSIM Yogyakarta, PSCS Cilacap, dan Persipur Purwodadi. Sama-sama mengoleksi 18 poin di Grup 6, Persewangi lebih unggul selisih gol dengan surplus 1 gol (17-16) ketimbang PSBK dengan 0 gol (25-25).
Multi tafsir pun mulai terjadi. Persewangi menganggap lolosnya mereka karena faktor selisih gol, lantaran head to head otomatis gugur karena saling mengalahkan. Sementara PSBK merasa berhak ke play-off, lantaran mengalahkan Persewangi 2-0 di Blitar (12/05/17) dan kalah 1-2 di Banyuwangi (29/07/17) silam.
"Sebenarnya kami tidak siap melawan PSBK, Ketika technical meeting, tiba-tiba ada surat LIB tanggal 8 Oktober tentang laga khusus itu," Hari Wijaya mengatakan.
"Jadi pertandingan play-off khusus ini seperti dipaksakan. Kami dipaksa main dengan wasit seperti itu, dan banyak sekali keributan," Manajer tim Persewangi itu menambahkan.
Tensi panas pun mulai dirasakan Persewangi, atas keputusan mendadak LIB soal play-off khusus itu. Pertemuan pre match pun diakui sempat deadlock, lantaran adanya sejumlah kejanggalan dari munculnya pihak PSBK.
"Tidak ada titik temu, karena kami mengacu pada surat (LIB) sebelumnya dengan jadwal melawan PSCS. Saat deadlock, kami tidak boleh keluar ruangan," Hari menuturkan.
"PSBK sempat keluar, dan masuk lagi. Mereka lalu membawa surat sanggahan. Isinya, Banding kami tidak diproses, dan memaksa kami harus melawan PSBK," imbuhnya.
Maka dari itu, Hari pun sangat menyesalkan apa yang menimpa Persewangi dan segera mengambil tindakan sebagai bentuk protes. Hari bahkan menyebut keputusan ini bisa menjadi kecelakaan organisasi terburuk di sepakbola nasional.
"Kasihan pemain yang mengalami degradasi mental. Bukan soal lolos atau tidak, tapi ini masalah kecelakaan organisasi terbesar di sepakbola kita tercinta ini," pungkasnya.
Belakangan hasil laga play-off ini pun berakhir dengan kontroversial setelah terhenti di menit ke-86. Sebelumnya PSBK Blitar sempat unggul 1-0 dalam laga yang penuh dengan adegan 'kungfu' ini.
Ketegangan yang memuncak membuat wasit menghentikan laga dan memutuskan untuk tidak lagi dimainkan. PT LIB sendiri telah memutuskan bahwa kemenangan diraih PSBK Blitar dan memastikan Persewangi degradasi ke Liga 3 serta dijatuhi sanksi denda Rp100 juta.