Sepakbola Indonesia tengah berduka cita. Hal ini dikarenakan tewasnya pendukung Persita Tangerang bernama Banu Rusman, pasca menonton tim kesayangannya tersebut dikalahkan oleh PSMS Medan dengan skor tipis 0-1 di Stadion Mini Persikabo, Cibinong, Bogor, pada Rabu (11/10/17) kemarin.
Tewasnya Banu merupakan buntut dari kericuhan yang terjadi pasca laga usai. Bermula ketika pendukung Persita turun ke lapangan selepas pertandingan dan mendatangi pendukung PSMS berambut cepak di Tribun Timur.
- Suporter Persita Tewas Akibat Kericuhan, PSSI Kembali Umbar Janji
- Top 5 News: Messi Ditawar 6,3 Triliun, Suporter Persita Tewas
- Buntut Rusuh Suporter, Suporter Tentara Dilarang Masuk Stadion
- Insiden Berdarah Persita vs PSMS, PT LIB: Semua Pihak Harus Dewasa
- Edy Rahmayadi Akui Anak Buahnya Terlibat Rusuh Suporter
Botol dan batu dilemparkan oleh para La Viola. Merasa diprovokasi, pendukung PSMS berambut cepak turun balik ke lapangan untuk mengejar suporter Persita. Para Suporter Persita kelabakan dan mereka menjadi pelampiasan kekesalan pendukung PSMS berambut cepak tersebut di dalam dan luar stadion.
Hal ini pun turut menyita perhatian Akmal Marhali, selaku Koordinator Save Our Soccer (SOS). Dirinya sangat menyayangkan akan aoa yang terjadi di Kabupaten Bogor tersebut, dan meminta PSSI selaku induk sepakbola Indonesia untuk intropeksi diri, evaluasi, serta mengusut tuntas agar tidak terulang lagi.
“Sangat disayangkan sepakbola kembali memakan korban. PSSI bukan hanya harus introspeksi dan evaluasi, tapi juga harus mengusut tuntas musibah yang terjadi agar tak kembali terulang lagi,” ucapnya kepada INDOSPORT.
“Banu Rusman merupakan korban nyawa ke-65 dalam catatan SOS sejak musim 1995. Sungguh sangat disayangkan Banu meninggal karena kekisruhan yang justru melibatkan aparat negara, yang menjelma menjadi pendukung PSMS,” tambahnya.
“Ini perlu dituntaskan agar tak terus terulang. Sepakbola itu hiburan bukan kuburan. Tempat untuk meluapkan kegembiraan, bukan medan perang dan pertempuran,” jelasnya.
Sebelumnya, PSSI sendiri melalui Edy Rahmayadi mengaku berjanji untuk melakukan investigasi perihal kejadian ini. Bahkan dia akan menghukum anak buahnya bila terbukti melakukan perbuatan tersebut.
"Sudah pasti akan saya hukum. Akan saya hukum," ucap Edy ketika dihubungi pewarta, Kamis (12/10/17).
"Memang iya, itu kebanyakan dari Kostrad. Tapi ada masyarakat sipil juga," jelas Edy.
Namun Edy juga menjelaskan tak akan ada api bila tak ada asap. Baginya, awal insiden itu terjadi saat ada anggotanya dilempari hingga mengalami luka-luka. Dia pun akan mencari duduk perkara permasalahan ini.
“Suporter ini, yang prajurit-prajurit ini dilempari sampai bocor kepalanya. Ada sekitar 15 yang bocor. Ini yang akan saya cari tahu apa persoalannya,” tutup dia.