Persela Lamongan kehilangan sosok panutan setelah ditinggal Choirul Huda untuk selama-lamanya. Choirul Huda dinyatakan meninggal dunia pada Minggu (15/10/17) kemarin saat melakoni laga melawan Semen Padang dalam lanjutan pekan ke-29 Liga 1.
Ia mengalami benturan keras dengan Ramon Rodriguez, rekan setimnya sehingga menyebabkan trauma pada bagian dada, leher, dan kepala. Meskipun sempat mendapatkan perawatan di RSUD dr. Soegiri Lamongan, nyawanya tetap tak tertolong.
Manajamen klub berjuluk Laskar Joko Tingkir itu pun memutuskan untuk mempensiunkan nomor punggung 1 demi menghormati loyalitas yang telah dicurahkan Huda kepada klub kebanggan Kota Soto tersebut.
“Nomor punggung 1 resmi dipensiunkan. Alasannya dedikasi di Persela tidak diragukan lagi. Sebagai bentuk penghormatan manajemen Persela terhadap loyalitas Huda,” ungkap Yunan Achmadi, dikutip dari halaman resmi Persela, Senin (16/10/2017).
- Penuh Haru, Ini Suasana Prosesi Pemakaman Choirul Huda di Lamongan
- Sebelum Wafat, Ini 3 Permintaan Terakhir Kiper Legendaris Persela Choirul Huda
- Salut, Ini Satu-satunya Pemain Semen Padang yang Menolong Choirul Huda Saat Kritis
- Ini Niat Choirul Huda yang Belum Sempat Tercapai
- Merinding, Langit Lamongan Pun Menangis Ketika Choirul Huda Meninggal
- FIFA Ucapkan Belasungkawa Untuk Choirul Huda
- Paul Pogba Turut Ucapkan Belasungkawa untuk Choirul Huda
Penghormatan macam itu sudah selayaknya didapatkan oleh Choirul Huda. Karena dengan itu, tidak ada lagi pemain yang mengenakan nomor punggung 1 di dalam tim yang bermarkas di Stadion Surayaja tersebut. Nomor 1 akan abadi milik Choirul Huda.
Kesetiaan Choirul Huda ditunjukkannya dengan mengabdikan diri sepanjang hidupnya hanya untuk memperkuat Persela. Status one man club pun tersemat pada dirinya.
Bagaimana tidak, selama 18 tahun dari 1999 hingga berpulang tahun 2017, a menghabiskan kariernya hanya untuk memperkuat Persela.
Kiper yang pernah tergabung dalam Timnas Indonesia ini sudah memperkuat klub kebanggaan LA Mania dan Curva Boys 1967 itu semenjak masih berkutat di Divisi II. Berkat ketangguhannya, secara bertahap, Ia membawa Persela naik ke kasta tertinggi.
Choirul Huda menjadi panutan dalam hal kesetiaan. Kepergian penjaga gawang berusia 38 tahun itu menimbulkan kehilangan mendalam. Tak hanya pemain Persela yang melepas Huda dengan tangisan, jagat sepakbola Indonesia pun turut kehilangan sang legenda.