Sebelumnya Komisi Disiplin (Komdis) PSSI telah menghukum pelatih kepala Widyantoro selama 12 bulan tidak boleh berhubungan dengan sepak bola. Hukuman tersebut didapat setelah Widyantoro melakukan protes keras dan dugaaan tindakan kekerasan pada wasit ysaat menghadapi Cilegon United di babak 16 besar Liga 2 pada 2 Oktober lalu.
Tak Cuma pelatih kepala, asisten pelatih kiper, I Komang Putra, tenaga medis Mursit dihukum selama tiga kali pertandingan di berada lapangan.
Sebagai gantinya, Persis berencana untuk meminjam pelatih PSS Sleman, Feddy Mulli, untuk sementara menggantikan posisi Widyantoro. Hal tersebut telah disampaikan langsung oleh pihak manajemen klub.
"Kami mengambil langkah kebijakan untuk menonaktifkan pelatih Persis Widyantoro, untuk sementara, sambil menunggu keputusan dari banding. Persis yang maju ke babak delapan besar Liga 2 Indonesia harus ada pelatih kepala untuk mendampingi selama di lapangan,” ujar CEO Persis Solo, Bimo Putranto, seperti dilansir dari Antara.
“Kami dengan pertimbangan kemudian meminjam Pelatih PSS Slemen Freddy Mulli, untuk menggantikan Widyantoro," tambahnya.
Meski sudah menunjuk pelatih sementara, Persis tetap memperjuangkan nasib pelatih utama mereka Widyantoro yang dihukum oleh Komdis PSSI. Banding pun telah dilakukan oleh pihak manajemen klub terkait keputusan hukuman tersebut.
"Adanya putusan Komisi Displin (Komdis) PSSI, yang menjatuhkan hukuman terhadap Pelatih Persis Solo Widyantoro saat pertandingan timnya menjamu Cilegon United tidak boleh melatih selama 12 bulan, sehingga manajemen menonaktifkan untuk menghormati putusan itu," kata Wakil Chief Executive Officer (CEO) Persis Solo, Dedi M Lawe, Senin (16/10/17).
"Kami sudah mengajukan banding ke PSSI, dan sesuai batas kemungkinan," tambah Dedi.
Pihak manajemen Persis Solo menyebut Komdis melakukan kekeliruan dalam menjatuhkan hukuman terhadap pelatih Widyantoro. Bahkan, Persis melawan Cilegon United kejadian babak pertama, dan kemudian kedua berjalan normal tidak ada keributan.
Kendati demikian, manajemen Persis tetap menghormati keputusan tersebut, tetapi Dedi berharap ke depan Komdis lebih berhati-hati dalam menjatuhkan hukuman bentuk apapun jangan sama ada kekeliruan demi persepakbolaan Indonesia. Jadi hukuman jangan disamakan protes dengan intimidasi karena sangat berbeda.
"Kami memang ada protes terhadap wasit pada babak pertama, tetapi babak kedua berjalan normal dan tidak terjadi apa-apa. Kami menilai keputusan Komdis PSSI, terhadap pelatih Persis, dinilai ada kekeliruan," kata Dedi.