Spasojevic di Tengah Rumitnya Liga Serbia yang Pernah Diterpa Perang Rasisme
Yugoslavia sempat diterpa konflik rasisme di medio 90-an yang menjadi salah satu alasan banyaaknya wilayah-wilayah di negara tersebut yang akhirnya memilih merdeka. Perang berciri konflik etnis terjadi di Republik Federal Sosialis Yugoslavia selama tahun 1990-an hingga awal 2001.
Slovenia, Kroasia, Bosnia, Serbia, Montenegro, dan Albania memutuskan untuk memisahkan diri karena perang Yugoslavia berdampak pada kekacuan ekonomi di negara tersebut. Montenegro, dan Kosovo pada akhirnya memutuskan untuk berpisah dari Serbia karena konflik pembantaian suku yang kembali terjadi.
Kompetisi sepakbola di Serbia mulai bergeliat perlahan paska konflik rasisme yang terjadi di Yugoslavia. Negara boleh terpcah belah, namun tampaknya hal tersebut tak terlalu mempengaruhi geliat Liga Super Serbia.
Serbian SuperLeague menjelma menjadi kompetisi professional meski perang rasisme sempat berkecamuk di negara tersebut. 16 klub berkompetisi di ajang Serbian SuperLeague dengan system promosi dan degradasi yang tentunya berlaku.
SuperLiga dibentuk pada musim panas 2005 sebagai kompetisi liga sepak bola terbaik di Serbia dan Montenegro. Namun sejak musim panas 2006 setelah pemisahan Montenegro dari Serbia, liga tersebut hanya diperkuat klub Serbia.
Semenjak 2015, Serbian Super League disponsori oleh produk bir, Jelen Pivo, dan resmi berlabel Jelen Super Liga. Liga Super Serbia masuk peringkat 27 Liga Eropa dari 54 kompetisi terbesar di Benua Biru oleh Federasi Sepabola Eropa alias UEFA.