Suporter setia Persegres, Ultras Mania tampaknya sudah cukup akrab dengan setiap kekalahan yang dialami tim kesayangannya. Suporter dengan warna kebesaran kuning biru itu pun sampai bosan melakukan segala bentuk protes yang tak pernah ditanggapi tim kebanggaan mereka.
Sikap nyinyir para Ultras pun kembali tampak, kala menyaksikan langsung Persegres luluh lantak dihajar PS TNI 0-3. Berbagai nyanyian, sorakan dan teriakan yang bernada menyindir buruknya kinerja tim, terus terdengar sepanjang pertandingan.
Kendati demikian, Hanafi tetap memberi apresiasi tinggi kepada sekitar 500an Ultras yang hadir di Stadion Gelora Surajaya Lamongan, kemarin sore. Kehadiran mereka pun seolah menggambarkan sisa-sisa fanatisme yang semakin luntur akibat sikap pasrah dari manajemen terhadap buruknya performa Persegres.
"Mereka itu luar biasa. Suporter ya memang begitu, karena merasa memiliki tim ini juga. Saya kira wajar kalau mereka protes (atas setiap kekalahan tim)," papar Pelatih Persegres Gresik United tersebut.
Hanafi pun terus memasang sikap waspada terhadap adanya oknum-oknum suporter yang bisa saja melampiaskan kekesalannya dengan buruk. Seperti meneror lewat verbal maupun tindakan anarkis.
"Paling penting bagi saya saat melatih, adalah ketika latihan. Saya (sepertinya) harus pakai helm waktu ada di depan (memimpin latihan tim). Untungnya, mereka tidak ada melempari, hanya bicara-bicara saja," ungkapnya.
Persoalan kompleks yang mendera Persegres GU musim ini, memang begitu mengecewakan bagi Ultras. Tim yang mereka banggakan itu, akhirnya turun ke Liga 2 pasca kembali mengisi kasta tertinggi tahun 2011 silam.
Beragam ekspresi suporter pun sudah tergambar selama laga home di Gresik lalu. Mulai melakukan demo dan membakar papan iklan usai kalah kontra Persela Lamongan (06 Juli), hingga aksi boikot masuk ke stadion di beberapa home terakhir.