Baru-baru ini, data rahasia terkait nilai kekayaan para petinggi di dunia terbongkar usai dilakukan penyelidikan secara besar-besaran. Bahkan dua klub Liga Primer Inggris, Arsenal dan Everton ikut terseret kasus tersebut.
Kelompok yang menamakannya Football Supporters Federation (FSF) akhirnya memberikan pandangannya terkait masalah tersebut. Malcolm Clarke selaku ketua FSF menjelaskan seharusnya ada pemisah antara kepemilikan klub dengan pemegang saham.
"Tidak mungkin ada pengaruh dari pemilik satu klub atas urusan klub lain yang bermain dalam kompetisi yang sama," kata Malcolm Clarke seperti dikutip BBC.
"Ada kasus kuat untuk memastikan bahwa orang-orang yang memiliki hubungan bisnis dan keuangan yang sedang berlangsung dan signifikan di luar sepakbola tidak dapat keduanya memiliki saham penting di klub sepak bola yang saling bersaing satu sama lain," sambungnya.
Selain itu menurutnya kalau suporter harus tahu tentang peraturan kepemilikan saham. "Saya rasa mungkin ada kasus yang kuat untuk melihat peraturan tersebut sehingga tidak mungkin seseorang memiliki klub sepakbola masih memiliki peluang untuk menguasai dua klub."
"Para pendukung dan publik yang lebih luas sering tidak tahu siapa pemilik apa, di mana hal itu didasarkan, siapa yang memiliki kekuatan signifikan apa? Bukan hanya masalah Everton dan Arsenal, ini masalah sepak bola secara keseluruhan," tandas Malcolm.
Melansir CNN (07/11/17), skandal pajak Paradise Papers merupakan laporan investigasi berupa 13,4 juta dokumen yang bocor dari dua firma perusahaan cangkang luar negeri (offshore).
Beberapa tokoh dunia dan Indonesia pun tercatat di dalam dokumen itu, tidak terkecuali para petinggi dari dunia olahraga, tepatnya dari cabang olahraga sepakbola. Ada dua nama klub asal Liga Primer Inggris yang terseret dalam skandal pajak tersebut, yaitu Arsenal dan Everton.