Keputusan Komisi Disiplin (Komdis) PSSI untuk memberikan kemenangan bagi Bhayangkara FC menuai kritikan dari banyak pihak. Kali ini, pihak Bali United yang memberikan kritik bagi PT Liga Indonesia Baru (PT LIB) yang menaungi kompetisi Gojek Traveloka Liga 1 Indonesia 2017.
Lewat CEO Bali United, Yabes Tanuri menilai bahwa keputusan dari Komdis PSSI bukan hal yang tepat. Dalam hal ini, PT LIB dianggap lalai dalam mengurusi kompetisi tertinggi Tanah Air sehingga terjadi hal-hal yang tidak menguntungkan bagi banyak pihak ini.
Sebagaimana diketahu, Komdis PSSI baru mengeluarkan pernyataan untuk memberikan kemenangan bagi Bhayangkara FC. The Guardian dinyatakan menang dari Mitra Kukar setelah sebelumnya laga di pekan ke-33 Liga 1 itu berakhir dengan skor seri 1-1, Jumat (03/11/17).
Keputusan yang diberikan Komdis PSSI tersebut sebagai jawaban atas protes yang dilakukan oleh pihak Bhayangkara FC terkait pemain Mitra Kukar, Mohammed Sissoko yang saat itu dimainkan namun masih terkena skorsing. Akibatnya, Komdis PSSI pun menyatakan Naga Mekes kalah 0-3 dan dikenakan denda sebesar Rp100 juta.
Namun kini, Bali United menjadi salah satu klub yang juga terkena dampak langsung atas keputusan Komdis itu. Pasalnya, peluang mereka untuk meraih juara musim ini semakin menipis lantaran Bhayangkara yang saat ini mengoleksi 65 poin di puncak klasemen sementara, angka yang sama dengan Serdadu Tridatu.
Hanya saja, Bhayangkara masih menyisakan dua laga sisa sementara Bali United hanya menyisakan satu laga. Oleh sebab itu, pada laga malam ini antara Madura United dan Bhayangkara FC akan menjadi penentu siapa yang meraih trofi juara.
Seandainya The Guardian menang atas MU, mereka dipastikan keluar sebagai kampiun Liga 1. Hal itu pun membuat harapan Bali United untuk meraih juara menjadi hilang.
Yabes Tanuri pun menilai bahwa PT LIB telah lalai dalam mengurusi siapa saja pemain yang boleh dan tidak boleh untuk bermain dalam pertandingan tersebut. Akibatnya, pemain yang seharusnya tidak boleh bermain dalam pertandingan lantaran masih terkena hukuman, malah bisa bermain pada saat itu.
"Klub pasti menghitung sebelumnya terkait jumlah yang disanksi. Sehingga klub tahu siapa yang berhak main atau tidak sebelum bertanding," ujar Yabes.
"Karena kelalaian dari PT LIB, yang dihukum adalah klub. Padahal klub sudah memakai sistem online yang disediakan juga oleh PT LIB untuk pemilihan pemain yang berhak bermain atau tidak," jelasnya.