Klub Liga 2 PSS Sleman harus menyudahi perjalannya untuk tembus ke Liga 1 pada babak 16 besar. Klub berjuluk Super Elang Jawa itu hanya mampu bertengger di posisi tiga klasemen Grup A Babak 16 besar Liga 2 dengan meraih delapan angka.
Padahal di Liga 2, tepatnya di Grup 3, PSS Sleman berhasil menjadi jawara dengan mengemas 34 poin. Bahkan PSS dalam 14 pertandingan hanya kemasukkan enam gol saja. Hal itu tentu prestasi yang bagus bagi publik Sleman.
Namun setelah gagal menembus Liga 1, suporter PSS Sleman yang menamakan dirinya Brigata Curva Sud (BCS) menilai kalau CEO PT. Putra Sleman Sembada dan manajemen tim tidak bekerja dengan maksimal dalam memanfaatkan dana yang ada.
Dampak dari itu semua bisa dilihat dari performa PSS yang mulai menurun. Hal itu dapat diasumsikan kalau manajemen tidak mempersiapkan komposisi tim yang tepat.
"Kami berkeyakinan dengan tingginya antusias dan animo pecinta PSS dipastikan berdampak positif terhadap besarnya pendapatan PSS, dengan rata-rata pendapatan kotor Rp 700 juta per pertandingan," bunyi pernyataan BCS seperi dilansir bcsxpss.com.
"Pendapatan tersebut belum temasuk dari pihak sponsor yang seharusnya dapat menjadi modal besar mencapai target lolos ke Liga 1," tambah BCS.
Selain itu, BCS tidak ingin euforia dan antusiasme suporter fanatik PSS Sleman hanya dijadikan sapi perah belaka, yang meraup keuntungan setinggi-tinggi tanpa menghadirkan prestasi secara signifikan.
Oleh karena itu, dapat dipastikan akan ada pergerakan lebih lanjut yang lebih masif dari kami suporter sebagai aset terbesar klub PSS Sleman.
— Brigata Curva Sud (@BCSxPSS_1976) November 12, 2017
Sebelumnya perwakilan suporter BCS sempat menemui jajaran pemegang saham dalam kurun waktu yang berbeda, mulai dari 12 Oktober 2017. Dalam beberapa kali pertemuan itu mereka menyimpulkannya sebagai berikut.
- Kinerja Manajemen PSS yang tidak maksimal.
- Adanya jurang pemisah antara PT PSS dengan manajemen tim yang menyebabkan kondisi di lapangan (kompetisi) tidak maksimal.
- Ketidaksiapan tim pelatih dalam mempersiapkan komposisi tim, terkhusus babak 16 besar.
- Kegagalan manajemen dan tim pelatih membangun tim yang solid baik di dalam maupun di luar lapangan.
- Tidak profesionalnya PT PSS dalam pengadaan sarana dan pra sarana penunjang (mess, kebutuhan pemain dan fasilitas lainnya).