Harapan para Bonek, pendukung setia Persebaya Surabaya, akhirnya terpenuhi setelah tim kesayangan mereka lolos ke Liga 1 Indonesia dengan menekuk Martapura FC 3-1.
Keberhasilan Bajul Ijo menapaki kasta tertinggi sepakbola tanah air tak hanya milik para Bonek, lebih daripada itu kembalinya Persebaya ke pentas Liga 1 merupakan sebuah penantian suporter kedua kubu dan juga insan sepakbola tanah air.
Liga 1 We Are Back!
— Official Persebaya (@persebayaupdate) November 25, 2017
1 tiket promosi Liga 1 RESMI menjadi milik Persebaya.
Terima kasih untuk Tuhan
Tim
Manajemen
Bonek
After all of this time, We back again at our "Home".
Mari Kita tatap babak Final.#KitaPersebaya #PersebayaDay #GreenForce #KamiHausGolKam pic.twitter.com/6TRd7E3eRK
Pasalnya, Persebaya merupakan salah satu klub dengan sejarah besar penghuni Liga Indonesia ketika masih bernama Perserikatan.
Persib Bandung, Persija Jakarta, PSM Makassar, Perseru Serui, Persela Lamongan, PSMS Medan, dan Persebaya Surabaya merupakan penghuni lama kompetisi sepakbola nasional sisaan kompetisi perserikatan.
Jika dalam perebutan juara 3 nanti dimenangkan oleh PSIS Semarang, maka lengkaplah reuni tim-tim perserikatan tempo dulu berlaga di Liga 1 Indonesia.
Lebih Dari Sekedar Reuni
Kembalinya Persebaya lebih dari sekedar reuni bekas perserikatan, di atas segalanya atmosfer rivalitas klasik kembali mencuat ke udara jagad sepakbola Indonesia.
Selama ini kebanyakan orang mengira rivalitas abadi sepakbola Indonesia adalah milik Persija Jakarta dan Persib Bandung yang selalu bertensi tinggi dalam setiap pertemuan mereka. Ternyata tidak!
Sejarah mencatat, seteru abadi Persija Jakarta adalah Persebaya Surabaya, sementara musuh bebuyutan Persib Bandung adalah PSMS Medan.
Oleh karena itu, kembalinya Tim Ayam Kinantan dan Bajul Ijo merupakan sebuah kelahiran kembali rivalitas abadi sepakbola Indonesia yang sarat dengan sejarah dan kebesarannya di masa silam.
Perseteruan antara Persebaya versus Persija murni tentang sepakbola yang dimainkan di atas lapangan hijau. Rivalitas antara Macan Kemayoran dan Bajul Ijo berbeda dengan rivalitas antara Persija dan Persib Bandung yang cenderung menimbulkan kerusuhan antara The Jakmania dan Bobotoh.
Persija dan Persebaya sudah sejak tahun 50 terlibat dalam gengsi dua kota besar yang saling berebut gelar juara. Tahun itu merupakan tahun di mana PSSI menggulirkan Piala Perserikatan yang diikuti oleh 8 tim besar seperti yang sudah disebutkan di atas.
Sebagai tim kota besar tanah air, Persija membawa semangat nasionalis dengan segudang pemain yang berasal dari Sabang-Merauke, sementara Persebaya mengandalkan putra daerah.
Kilas Balik Pertemuan Persija versus Persebaya
Kedua tim ini merupakan tim yang paling sering bertemu di laga puncak atau di fase gugur. Ada 4 edisi yang mempertemukan kedua kesebelasan di mana Persija menjadi juara dan Persebaya menjadi runner-up, pun sebaliknya.
Tahun 1952, Persija bertekuk lutut di hadapan Persebaya. Klub berlambang Buaya dan Hiu itu berhasil menyapu bersih kemenangan di babak 6 besar, sementara Persija harus puas berada di bawah Persebaya.
21 tahun berselang, gantian Persija yang meraja atas Persebaya. Laga penentuan antara kedua tim berhasil dimenangkan Persija dengan skor 1-0 yang dicetak Andi Lala. Macan Kemayoran pun menjuarai kompetisi tersebut.
Itulah awal masa keemasan Persija di era 70-an, tahun 75 dan 79 Persija kembali menjuarai Piala Perserikatan.
Tahun 1978, Persebaya berhasil menjuarai kompetisi setelah berhasil menekuk Persija dengan skor 4-3. Setelah tahun itu, kedua tim tak pernah bersua di final.
Setelah Piala Perserikatan berubah format menjadi Liga Indonesia, Persebaya berhasil menjuara kompetisi sebanyak 2 kali musim 96/97 dan musim 2004. Sementara Persija hanya sekali yakni tahun 2001.
Sebelum meraih gelar juara, Persija menundukkan Persebaya di semifinal dengan skor 2-1 melalui gol Antonio Claudio dan Luciano Leandro; sementara Persebaya memastikan gelar juara tahun 2004 setelah menumbangkan Persija dengan skor 2-1 di Tambaksari.