AC Milan telah mendapuk Gennaro Gattuso sebagai pelatih anyar usai mendepak Vincenzo Montella dari jabatannya. Montella dipecat lantaran dianggap gagal membawa timnya menorehkan catatan positif di musim ini. Namun siapa sangka, sosok Gattuso nyatanya pernah menjadi kandidat untuk melatih Manchester United pada 2016 lalu.
Saat itu, Setan Merah baru saja mengakhiri hubungan kerja sama dengan Louis van Gaal. Sementara Gattuso sendiri saat Mei 2016 lalu tengah mengisi kursi kepelatihan di AC Pisa 1909.
#ACMilan wishes to announce the appointment of Gennaro Gattuso as Milan Primavera’s coach for the next two seasons: #welcomebackRino! ❤⚫ pic.twitter.com/T9kUhRKKZS
— AC Milan (@acmilan) May 26, 2017
Namun ternyata, mantan pelatih US Palermo itu pernah menjadi calon pelatih Setan Merah untuk menggantikan posisi Van Gaal di Old Trafford, sebelum akhirnya tongkat kepelatihan dilanjutkan oleh Jose Mourinho. Gattuso sendiri pernah mengumbar keinginannya untuk menukangi skuat Man United.
Lewat sebuah wawancara dengan The Sun, yang dikutip dari Joe pada 2016 lalu, Gattuso menceritakan mengenai kecintaannya pada sepakbola di Inggris dan bagaimana dirinya bisa mendapatkan peluang menjadi pelatih di MU.
"Saya pergi ke sana. Sir Alex Ferguson selalu menghormati saya dan saya selalu mengagumi Liga Primer Inggris yang bagi saya merupakan liga terbaik di dunia. Di Italia, kami adalah master taktik, tapi di Inggris Anda melihat pemain yang cepat dengan kekuatan di kakinya," ucap pria berusia 39 tahun itu.
"Saya senang menonton Championship (divisi kedua Liga Inggris) karena dalam permainan tersebut, saya melihat cinta sejati yang dimiliki orang-orang di Inggris pada sepakbola."
- Reaksi Kocak Warganet Ketika Gattuso Menjadi Pelatih Anyar Milan
- Zinedine Zidane Angkat Bicara Soal Gol Hantu Messi
- Rekap Rumor Transfer Hari Ini: Eriksen Jadi Opsi Barcelona, Real Madrid Goda Martial
- Buffon Raih Penghargaan Pemain Terbaik Serie A 2016-2017
- AC Milan Terpuruk, Ini Kemungkinan Penerapan Strategi yang Dilakukan Gennaro Gattuso
"Saya menyaksikan dua pertandingan Championship dalam satu malam. Di Italia, beberapa tim bisa bersantai dalam pertandingan. Di Inggris, dengan setiap tindakan tim, akan ada tindakan yang sesuai dari oposisi," jelasnya.