Kebijakan merombak materi pemain dengan jumlah banyak, memunculkan nada cibiran di kalangan publik sepakbola Malang Raya. Kritik itu mengemuka deras melalui media sosial, yang tentu menyoroti kebijakan Arema dalam hal komposisi pemain.
Di bawah besutan Joko Susilo, tim berjulukan Singo Edan sepertinya ingin tampil fresh dengan banyaknya pemain muda. Bahkan, bisa jadi pemain paling senior adalah Johan Al Farisi maupun Dendi Santoso yang menginjak usia 27 tahun.
"Bukan regenerasi. Tapi itu semua berdasarkan kebutuhan tim ini di kompetisi nanti," ungkap Gethuk, panggilan akrab Head Coach Arema FC tersebut.
Kritikan publik pun kemudian mengarah pada pencoretan beberapa nama pemain senior yang sudah menjadi ikon Arema sendiri. Musim depan, Aremania sudah tidak bisa menyaksikan aksi bintang lapangan hijau nasional seperti Ahmad Bustomi, Arif Suyono, Ferry Aman Saragih hingga Beny Wahyudi.
Yang ada, sekumpulan anak-anak muda yang tengah berjuang mematangkan pengalaman melalui Arema FC. Mereka diantaranya Agil Munawar, Rivaldy Bawuo, Dedik Setiawan hingga Bagas Adi Nugroho.
"Lalu, Al Farisi, Dendi Santoso, Hendro Siswanto bukan bintang? Semuanya adalah bintang di tim ini dan sudah dikenal publik," tandas Gethuk dengan nada serius.
"Kenapa mereka tidak disebut bintang? Karena usia 27 tahun? Justru mereka sudah masuk usia keemasan dan sudah matang. Jadi, biarkan berkembang," imbuhnya.
Suksesor Aji Santoso itu memang boleh begitu optimis dengan skuat yang dibentuknya. Meski memang masih dalam pembentukan, maka publik belum berhak memvonis apa pun terhadap materi pemain.
"Kita memang masih fokus conditioning di masa off-season, lalu lanjut ke on-season. Jadi, semua masih proses," tutupnya.